Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tafsir Surah al-Yusuf Ayat 87: Larangan Berputus Asa untuk Meraih Rahmat Allah swt

Tafsir Surah al-Yusuf Ayat 87: Larangan Berputus Asa untuk Meraih Rahmat Allah swt

Al-Qur’an merupakan sumber hukum yang utama dalam Islam. Sehingga, ia memiliki peran yang sangat penting di dalam mengatur kehidupan manusia. Di dalamnya mengandung banyak ilmu yang jika ditelisik akan selalu relevan dengan perkembangan zaman.

Di sisi lain, Al-Qur’an juga mengandung nilai sinergi yakni motivasi-motivasi dalam Al-Qur’an untuk mendorong kaum muslim agar selalu bersemangat dan tidak pantang menyerah dalam menjalani hidup. Sebab sebagaimana kita ketahui, terutama di saat covid-19 ini banyak program-program yang dicanangkan oleh pemerintah. Mulai dari pembelajaran secara daring, Lockdow, PPKM dan lain-lain.

Salah satu program yang sangat meresahkan masayarakat adalah Lockdow dan juga PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Karena program ini, masyarakat yang biasanya berdagang di pasar kemudian dituntut untuk vakum sementara.

Program-program tersebut tentunya membuat masyarakat resah dan bahkan depresi karena penghasilan sehari-harinya tidak semaksimal seperti biasanya. Lantas apakah hanya dengan mengeluh atau putus asa tersebut dapat dijadikan sebuah solusi dalam keadaan seperti ini hingga kemudian hal tersebut menjadikan tambah jauh dari Allah swt.

Melalui firman-Nya Allah swt secara tegas melarang hamban-Nya untuk putus asa di dalam meraih rahmat-Nya. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S al-Yusuf [12]: 87)

وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ (87)

“dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari Rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir” (Q.S al-Yusuf [12]: 87)

Ayat tersebut menceritakan tentang Nabi Yusuf yang pada waktu itu berada di kota Mesir dan diangkat menjadi raja yang sebelumnya pernah dianiaya oleh saudara-saudaranya sendiri karena iri dengan dimasukkan dalam sumur hingga pada akhirnya ditolong seorang pedagang dan di bawa ke Mesir.

“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah” merupakan ucapan ayah Nabi Yusuf (Nabi Ya’kub) kepada anak-anaknya agar tidak berputus asa untuk mencari keberadaan saudara kandungnya yang pernah dianiaya (Nabi Yusuf).

Al-Maraghi dalam tafsirnya menyebutkan maksud dari potongan ayat tersebut adalah larangan untuk berputus asa dalam meraih kemudahan atau kelapangan yang diberikan Allah serta kebaikan yang Allah berikan pada diri seorang hamba ketika berada di dalam kesusahan yaitu dari segala sesuatu yang dapat menyenangkan jiwa dan menentramkan hati.

Adapun yang dimaksud dengan “tidaklah putus asa kecuali orang-orang yang kafir” adalah ketika mereka (kaum kafir) tersebut menginginkan sesuatu kemudian mereka gagal untuk meraih apa yang dituju baik dari mengetahui suatu apakah dapat mendatangkan kemudharatan atau menarik kebaikan maka mereka kecewa terhadap dirinya sendiri kemudian khawatir dan sedih.

Sebab mereka tidak mengetahui tentang kekuasaan Allah terhadap hamba-Nya atas ketentuan-ketentuan yang telah Allah berikan dan kasih sayang-Nya yang samar.

Sementara orang-orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya, mereka tidak akan berputus asa ketika ditimpa oleh banyak musibah untuk selalu berusaha meraih rahmat Allah swt serta kelapangan dari-Nya untuk kesedihan yang dialaminya. Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya orang mukmin, apabila datang kepadanya kebaikan maka ia mengharapkan suatu musibah. Jika sudah mendapatkan kelapangan maka, mereka bersyukur kepada Allah swt”

Ayat tersebut juga dikuatkan lagi oleh ayat lainnya yang memberikan suatu dorongan agar tidak putus asa di dalam meraih rahmat Allah swt yakni dalam Q.S al-Hijr [15]: 56.

قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ (56)

“Dia (Ibrahim) berkata: Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat” (Q.S al-Hijr [15]: 56)

Dalam tafsirnya “Taysir al-Karim” al-Sa’di secara tegas menafsiri “Dzallun” pada ayat tersebut dengan orang-orang yang tidak mengetahui Tuhan dan kekuasaan-Nya. Sementara orang-orang yang diberi hidayah dan ilmu yang agung oleh Allah swt, mereka tidak menemukan jalan untuk putus asa sebab mereka mengetahui banyak sebab, perantara serta jalan menuju rahmat Allah swt.

Kemudian ketika Allah swt memberikan anugerah-Nya maka mereka mengetahui bahwa mereka diutus untuk memikul suatu tanggungjawab yang sangat penting.

Demikian Allah swt mendidik hamban-Nya agar tidak putus asa di dalam meraih rahmat-Nya yang sangat luas. Tentu, kita sebagai orang mukmin harus senantiasa mendekatkan diri serta selalu berusaha untuk meraih rahmat Allah. Sebab Allah sangat suka terhadap orang mukmin yang kuat dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Rasulullah saw bersabda:

المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف وفي كل خير احرص على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجز وإن أصابك شيء فلا تقل لو أني فعلت كان كذا وكذا ولكن قل قدر الله وما شاء فعل فإن لو تفتح عمل الشيطان

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah swt daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau ditimpa musibah, janganlah engkau berkata, ‘Seandainya aku berbuat begini dan begitu’. Tetapi katakanlah, ‘Ini telah ditakdirkan Allah dan Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki’. Sebab, ucapan (kata) seandainya akan membuka pintu perbuatan syetan” (H.R Muslim)

Maksud dari kuat di sini adalah memiliki keinginan dalam jiwa tentang perkara-perkara akhirat. Dengan begitu, jika diibaratkan berjihad maka ia akan selalu berada di awal untuk maju dan melawan musuh. Serta senantiasa untuk selalu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan sabar terhadap segala hal yang menimpa.

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam tidak hanya membahas mengenai hukum syari’at saja tetapi juga mengenai bagaimana kita hidup di dunia. Ayat di atas dapat dijadikan motivasi bagi kita terutama di masa pandemi ini, banyak kesedihan, kekhawatiran dan hal-hal lain yang dirasa merugikan bagi kita, terutama masalah merosotnya ekonomi.

Namun, dengan selalu berusaha untuk tidak berputus asa meraih rahmat Allah maka, insya Allah semua akan diberi jalan keluarnya. Sebab rahmat Allah sangat luas dan tidak bisa dihitung. Oleh karena itu, kita harus selalu berbaik sangka atas apa yang menimpa pada kita.

Dengan berusaha meraih rahmat Allah, kita akan menemukan ketentraman dan kebahagiaan di dalam jiwa kita. Kemudian, pada penjelasan di atas juga mengajarkan kepada kita agar bijak di dalam menata hidup yakni tidak terlalu larut dalam kesenangan duiawi sebab segala sesuatu yang berlebihan tentu memiliki efek samping yang tidak baik, maka kembalikanlah semua kepada Allah swt. Wallahu A'lam.

 

Post a Comment for "Tafsir Surah al-Yusuf Ayat 87: Larangan Berputus Asa untuk Meraih Rahmat Allah swt"