Sejarah Kerajaan Pajang
Di Jawa Tengah, terdapat sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Pajang. Kerajaan ini merupakan kelanjutan Kerajaan Demak. Saat ini, kompleks kratonnya berada di perbatasan Kelurahan Pajang, kota Solo dan Desa Makamhaji, Karatsura dan Sukoharjo
Pada tahun berdirinya yakni 1549. Wilayah kesultanan Pajang hanya meliputi sebagian Jawa Tengah. Sebab, kerajaan-kerajaan di Jawa Timur mulai banyak yang melepaskan diri sepeninggal Sultan Trenggono. Pertemuan pun terjadi antara Sultan Hadiwijaya dan para Adipati Jawa Timur oleh Sunan Prapen. Pada kesempatan tersebut, tepatnya pada tahun 1568, menghasilakan keputusan bahwa para Adipati sepakat mengakui atas kedaulatan Pajang di atas negeri-negeri Jawa Timur.
Lantas seperti apa sejarah berdiri, nama raja-raja dan masa keemasan hingga kemunduran kerajaan Pajang? Simaklah penjelasannya berikut ini.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajang
Setelah wafatnya adipati Yunus (Sultan Demak II), Demak mengalami penderitaan di mana, intrik intern menjadi penyebab utama dalam hal ini. Sehingga, putera Pangeran Trenggono, Sunan Prawoto berupaya keras agar ayahnya dapat menduduki tahta kerajaan. Untuk memenuhi keinginannya, Ia melakukan tindakan tercela, membunuh suadara ayahnya yang bernama Pangeran Seda Lepen (ayah Arya Panangsang).
Sebagai penerus saudaranya (Adi Pati Yunus), Sultan Trenggono berambisi untuk meluaskan wilayah kekuasaan Demak baik ke timur; daerah Pasuruan dan Blambanga atau ke barat yakni, wilayah kerajaan Pajajaran. Dalam merebut kekuasan ke timur, Demak mengalami kegagalan. De Graaf, dengan mengutip berita Portugis menuturkan bahwa Sultan Trenggono pun tewas. Lalu, diangktalah pengganti Sultan Trenggono yaitu puteranya, Sunan Prawoto. (Ahwan Mukarrom, 2014: 154)
Tongkat estafet kepemimpinan yang berada di Sunan Prawoto, mengobarkan kembali api dendam kusumat dalam hati Arya Panangsang (putera Pangeran Seda Lepen). Kemudian, disebarlah beberapa pembunuh bayaran sebagai upaya balas dendam kematian ayahnya (Pangeran Seda Lepen). Sunan Prawoto pun dibunuh oleh Arya Panangsang sehingga, Nyai Ageng Kalinyamat, saudara Sultan Prawoto, meminta bantuan Jaka Tingkir untuk menyingkirkan Arya Panangsang. (Ahwan Mukarrom, 2014: 155)
Persekutuan antara Jaka Tingkir dengan beberapa tokoh; Ki Ageng Pemanahan, Raden Sutowijoyo dan Ki Panjawi, Arya Panangsang pun dapat dikalahkan. Jaka Tingkir akhirnya menjadi raja sebagai pengganti Sultan Trenggono yang berkedudukan di Pajang, suatu daerah di pedalaman dengan gelar Sultan Hadiwijaya.
Kerajaan Pajang ialah kerajaan yang didirikan oleh Jaka Tingkir, Ia dikenal dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Kerajaan ini merupakan lanjutan dari kerajaan Demak. Kerajaan Pajang dikenal dengan kerajaan Islam pertama yang terletak di pedalaman pulau Jawa. Eksistensinya memberikan dampak yang cukup besar dalam peradaban Islam di Jawa. Kekuasaan politik beralih ke daerah pedalaman yang sebelumnya berpusat di pesisir. Sehingga, kesusasteraan dan kesenian keraton yang telah maju di Demak dan Jepara mulai dikenal di daerah pedalaman Jawa. Islamisasi yang cukup kuat di pesisir juga tersebar dan menjalar di daerah pedalaman. (Helmiati, 2014: 62)
Kerajaan Pajang berdiri pada tahun 1549. Adapun wilayahnya hanya meliputi sebagian daerah Jawa Tengah saja. Hal ini disebabkan negeri-negeri Jawa Timur banyak yang melepaskan diri sejak sepeninggal Sultan Trenggono. Namun, berkat pemerintahan Sultan Hadiwijaya, kekuasaan kerajaan Pajang berhasil meluas di berbagai daerah hingga Madiun, Blora dan Kediri.
Sultan Hadiwijaya juga menjalin hubungan yang baik dengan para raja di Jawa Timur. Sehingga, pada suatu kesempatan, Sunan Prapen mempertemukannya dengan para adipati Jawa Timur di Giri Kedaton pada tahun 1581. Pertemuan tersebut dihadiri oleh para adipati Japan, Wirasaba, Kediri, Surabaya, Pasuruan, Madiun, Sidayu, Lasem, Tuban dan Pati. Dalam kesempatan tersebut, sebagiamana yang telah dijelaskan di latar belakang yakni, sepakat mengakui kedaulatan Pajang di atas negeri-negeri Jawa Timur. Ia diakui sebagai raja Islam dan sultan raja-raja terpenting di Jawa Timur. (Helmiati, 2014: 64)
Raja-Raja yang Memerintah Kerajaan Pajang
1. Jaka Tingkir
Dinukil dari Wikipedia, nama kecil Jaka Tingkir ialah Mas Krebet. Dinamai dengan demikian karena di waktu kelahirannya terdapat pertunjukan wayang beber di rumahnya. Sedangkan nama Jaka Tingkir, adalah nama diwaktu remajanya. Hal tersebut dinisbatkan pada tempat dimana ia dibesarkan. Selanjutnya, Jaka Tingkir dijadikan menantu oleh Sultan Tranggena (Sultan Kerajaan Demak). Ia diangkat sebagai Sultan di Pajang dengan gelar “Hadiwijaya”. Jaka Tingkir berasal dari daerah Pengging, lereng gunung merapi. Ia merupakan cucu Sunan Kalijaga yang berasal dari daerah Kadilangun.
Kepemerintahannya terhadap kerajaan Pajang, memberikan kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan peradaban Jawa, sebagaimana yang akan dijelaskan dalam pembahasan ketiga. Adapun diantaranya ialah tersebar dan menjalarnya agama Islam di daerah pedalaman.
2. Arya Pengiri
Tongkat estafet pemerintahan pada masa Arya Penggiri, ia dianggap kurang bijaksana dalam melaksanakannya. Oleh karena itu, pada tahun 1588, Pangeran Benawa yang dibantu oleh Senopati dari Mataram mengambil alih tahta kesultanan Pajang. Senopati sendiri ialah anak angkat Sultan Adiwijaya dan pada saat itu juga, Pangeran Benawa menjadi Sultan di kerajaan Pajang. (Helmiati, 2014: 64)
3. Pengeran Benawa
Setelah diangkat sebagai Sultan di kerajaan Pajang, pangeran Benawa menyerahkan estafet kekuasaanya kepada Senopati yang dianggap sebagai saudaranya sendiri. Namun, Pangeran Benawa tetap menjadi raja Pajang karena Senopati lebih memilih untuk tinggal di Mataram.
Dalam pemerintahannya, Pangeran Benawa didampingi oleh Senopati. Pangeran Benawa wafat setelah menjalani pemerintahannya di Pajang selama satu tahun.
4. Gagak Bening
Pajang diperintah oleh Gagak Bening setelah wafatnya Pangeran Benawa. Gagak Bening adalah Pangeran dari Kerajaan Mataram. Dalam melaksanakan pemerintahannya, Gagak Bening banyak melakukan perombakan dan perluasan Istana. Gagak Bening wafat pada tahun 1591.
Masa Keemasan dan Kemunduran Kerajaan Pajang
Pasca kematian Sultan Adiwijaya pada tahun 1582, terjadi persaingan antara putra dan menantunya yaitu, Pangeran Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Karena dukungan dari Panembahan Kudus, Arya Panggiri pun di angkat sebagai raja Pajang. Dalam menjalani pemerintahannya, Arya Pangiri hanya sibuk dengan balas dendam terhadap Mataram. Sedangkan kehidupan rakyat Pajang mulai terabaikan. Mendengar hal ini, Pangeran Benawa yang telah tersingkir ke Jipang turut pihatin. (Helmiati, 2014: 64)
Pada tahun 1586, Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya untuk menyerbu kerajaan Pajang. Pangeran Benawa tetap menganggap Sutawijaya sebagai saudara tua walaupun Sutawijaya pernah menyerang Sultan Adiwijaya pada tahun 1582. Peperangan pun berakhir seiring dengan kekelahannya Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu, Demak. Selanjutnya Pangeran Benawa diangkat sebagai raja kedua di Pajang.
Setelah Pangeran Benawa diangkat sebagai raja Pajang, ia berinisiatif untuk membalas budi terhadap kesultanan Mataram, Sutawijaya. Namun, Senopati Mataram tersebut menolaknya dan meminta perhiasan emas intan kerajaan Pajang. Dengan demikian, Pangeran Benawa dikukuhkan sebagai Sultan di Pajang namun, di bawah kepemimpinan Mataram. Sepeninggal Sultan Benawa, terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh putera Pangeran Benawa. Hal ini dilakukan karena tidak ingin Pajang berada di bawah kepemimpinan Mataram. Akan tetapi, peperangan ini justru mengalahkan pasukan Pajang. Kesultanan Mataram meluluh lantahkan seluruh isi Pajang dan membawa penduduknya ke Mataram untuk kerja paksa.
Kesimpulan
Kerajaan Pajang adalah terusan dari kerajaan Demak. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1549 oleh Sultan Hadiwijaya atau dipanggil dengan nama Jaka Tingkir. Kerajaan Pajang dikenal dengan kerajaan Islam pertama yang berada di pedalaman. Eksistensi kerajaan ini memberikan kontribusi dalam perkembangan peradaban di Jawa. Islam yang telah kuat di daerah pesisir, tersebar luas di daerah pedalaman. Pusat politik pun beralih di pedalaman yang semula berpusat di pesisir.
Raja-raja di Pajang mempunyai karakter khas masing-masing, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Adapun raja pertama Pajang ialah Sulatn Adiwijaya (wafat pada 1582) yang dilanjutkan oleh Arya Pengiri, Pangeran Benawa dan Gagak Bening (sebagai bupati).
Masa kemunduran Kerajaan Pajang dimulai sepeninggal Sultan Hadiwijaya. Konflik terjadi antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri. Selanjutnya, Arya Pangiri menjadi raja Pajang. Sedangkan Pangeran Benawa terusir ke Jipang lalu, membalas dendam menyerang Arya Pangiri karena ketidak peduliannya kepada rakyat Pajang. Pada akhirnya, perang antara Pajang melawan Mataran dan Jipang berakhir ketika Arya Panggiri mengalami kekalahan. Ia dikembalikan ke kota asalnya di Demak. Pangeran Benawa pun diangkat sebagai raja Pajang.
Daftar Pustaka
Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara Pekanbaru: CV. Nuansa, 2014.
Mukarrom, Ahwan, Sejarah Islam Indonesia 1 Surabaya: ttp, 2014.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Joko_Tingkir (Diakses pada: 12 April 2020)
https://bincangsyariah.com/khazanah/kerajaan-panjang-kerajaan islam-pertama-di-wilayah-pedalaman-jawa/ (Diakses pada: 20 April 2020)

Post a Comment for "Sejarah Kerajaan Pajang "