Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kabar Gembira dari Rasulullah bagi Penggiat Ilmu Nahwu

 


Di pondok pesantren atau di tempat-tempat lain untuk belajar kitab seperti madrasah. Maka biasanya kita akan menemukan yang namanya pelajaran “Nahwu” yang mana pelajaran tersebut sangatlah familiar dan banyak diminati oleh para santri.

Kitab atau belajar Nahwu sangatlah disukai karena selain kalimat-kalimatnya agak mudah untuk dicerna hingga kemudian dipahami maka, ia juga dijadikan sebagai alat untuk memahami kitab kuning. Selain itu, ada juga yang tidak kalah pentingnya yaitu ilmu “shorrof”. Keduanya bagaikan ayah dan ibu dimana ayah adalah kitab Nahwu sementara ibunya adalah kitab Shorrof.

Menurut saya, Shorrof dan Nahwu dikatakan bapak dan ibu karena keduanya saling menyempurnakan untuk membantu kita memahami kitab kuning sebagaimana hubungan suami istri di dalam berumah tangga maka, sang istri adalah sebagai pelengkap bagi suami dalam menemani sepanjang hidupnya.

Untuk itu seorang yang memiliki keahlian dalam ilmu Nahwu maka, ia dapat dikatan orang yang istimewa disebabkan ilmu yang dimilikinya tersebut. sebagaimana dijelaskan dalam kitab Nasy’ah al-Nahwi karya syaikh Muhammad Thanthawi:

قال أبو بكر أحمد بن موسى بن العباس بن مجاهد المتوفى سنة 324هـ، قال: كنت عند أبي العباس ثعلب فقال: يا أبا بكر اشتغل أصحاب القرآن بالقرآن ففازوا، واشتغل أصحاب الحديث بالحديث ففازوا، واشتغل أهل الفقه بالفقه ففازوا، واشتغلت أنا بزيد وعمرو، فليت شعري ما يكون حالي في الآخرة؟ فانصرفت من عنده، فرأيت تلك الليلة النبي -صلى الله عليه وسلم-في المنام فقال لي: أقرئ أبا العباس عني السلام وقل له: أنت صاحب العلم المستطيل.

Abu bakar Ahmad bin Musa bin Abbas bin Mujahid (w.324 H) berkata:

Pada suatu ketika aku bersama seorang ahli Nahwu (Abu Abbas Tsa’lab). Kemudian, ia (Abu Abbas) berkata kepadaku, “Wahai Abu Bakar, ahli Qur’an sibuk dengan Al-Qur’an dan mereka sangat beruntung. Demikian pula ahli hadis dan ahli fikih. Sementara saya hanya sibuk dengan Zaid dan Amr. Lantas, bagaimana nanti keadaanku ketika sudah berada di akhirat?” Setelah mendengar ucapan beliau akupun pamit untuk pergi. Lalu, aku bermimpi Rasulullah saw pada saat aku tidur malam hari. Rasulullah saw berkata kepadaku, “Sampaikan salamku kepada kepada Abu Abbas dan katakan padanya bahwa ia merupakan pemilik ilmu Mustahil”.

Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui betapa istimewanya orang yang memiliki ilmu Nahwu sebab dengan ilmu tersebut kita juga dapat memahami kitab-kitab yang lain. Maka dari itu, setiap santri di pondok pesantren diwajibkan untuk mempelajari ilmu Nahwu agar dapat menguasai ilmu-ilmu lainnya, itulah yang dimaksud dengan ilmu Mustathil

Demikian pula mempelajari Shorrof dan I’lal sebab keduanya sebagai penyempurna untuk kita yang ingin menguasai kitab kuning. Ibaratnya seperti jembatan maka, untuk sampai pada jalan yang ditengahi oleh jurang kita butuh jembatan tersebut.

Namun perlu diketahui bahwa untuk menentukan ilmu apa yang lebih utama untuk kita pelajari terlebih dahulu adalah tergantung pada keadaan. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ta’lim al-Muta’alim:

أفضل العلم علم الحال

 (Paling baiknya ilmu adalah ilmu tingkah laku)

Namun jika kita melihat Syarah-nya (Syarah kitab ta’lim muta’allim karya Syaikh Ibrahim bin Isma’il) yang dimaksud dengan Ilmu Hal di sini adalah ilmu yang mana kita butuhkan seketika itu. Misal kita ingin melaksanakan shalat maka, untuk melakukannya kita harus mempelajari ilmu-ilmu shalat yakni fikih ubudiyah.

Sumber: Kitab Nasy’atu al-Nahwi karya Syaikh Thanthawi (Maktabah Syamilah)

Post a Comment for " Kabar Gembira dari Rasulullah bagi Penggiat Ilmu Nahwu"