Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tafsir Surah As-Syura Ayat 8

 

Tafsir Surah As-Syura Ayat 8

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (8) 

“Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia jadikan mereka satu umat, tetapi Dia memasukkan orang-orang yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka pelindung dan penolong” (Q.S Al-Syura [42]: 8)

Ibnu Katsir menafsiri ayat ini dengan cara yang elegan yakni seandainya Allah menghendaki maka, Allah jadikan manusia dalam satu umat. Dalam artian, adakalnya umat tersebut termasuk umat yang mendapat petunjuk dan adakalnya umat tersebut adalah umat yang berada dalam kesesatan. Akan tetapi, Allah tidak menghendaki demikian. Allah berikan petunjuk terhadap mereka yang dikehendaki-Nya dan Allah sesatkan mereka yang dikehendaki-Nya. Keniscayaan tersebut tidak hanya serta-merta melintas dalam kehidupan manusia, namun semua itu mengandung hikmah yang sangat agung.

Ibnu Jarir dalam tafsirnya mengutip sebuah hadis yang diceritakan dari Ibnu Hurairah bahwa Nabi Musa a.s berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya segala apa yang Engkau ciptakan maka, Kau jadikan sebagian dari mereka masuk surga dan sebagian lainnya masuk neraka. Lantas mengapa Engkau tidak masukkan semua mahluk-Mu ke dalam surga?” Maka, Allah swt berfirman, “Wahai Musa! Angkatlah gamismu!”  Nabi Musa pun mengangkatnya. Perintah tersebut diulang-ulang hingga tiga kali lalu, Nabi Musa tidak meneruskan untuk mengangkatnya karena sampai pada bagian yang tidak ada kebaikannya. Lalu, Allah swt berfirman, “Demikian pula perihal-Ku, Aku masukkan semua makhluk-Ku ke dalam surga kecuali yang tidak ada kebaikan padanya”.

وقال ابن جرير حدثني يونس أخبرنا ابن وهب أخبرني عمرو بن الحارس عن أبي سويد أنه حدثه عن ابن حجيرة أنه بلغه أن موسى عليه الصلاة والسلام قال: يا رب خلقك الذين خلقتهم جعلت منهم فريقاً في الجنة وفريقاً في النار لو ما أدخلتهم كلهم الجنة فقال يا موسى ارفع درعك فرفع قال قد رفعت قال ارفع فرفع فلم يترك شيئاً قال يا رب قد رفعت قال ارفع قال قد رفعت إلا ما لا خير فيه قال كذلك أدخل خلقي كلهم الجنة إلا ما لا خير فيه.

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa amal perbuatan yang kita lakukan di dunia sangat memberi impak pada kehidupan kita di akhirat kelak. Oleh sebab itu, kita dituntut agar senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah serta bertaubat atas doa-dosa yang kita lakukan. Mengenai jika menghendaki maka, akan Ia jadikan manusia menjadi satu umat, juga dijelaskan dalam firman-Nya di surat yang lain:

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

“…Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan” (Q.S al-Maidah: 48)

Ibnu Katsir, dalam menafsiri “Walau Sya’a Allah Laja‘alakum” menyatakan bahwa seandainya Allah swt berkehendak untuk menjadikan umat baik yang terdahulu ataupun yang sekarang dengan berpegang teguh pada satu agama, satu syari’at tanpa menghapusnya maka, niscaya hal tersebut akan terjadi. Namun, Allah swt berkehendak mengutus para Rasul dengan membawa syari’at untuk umatnya masing-masing.

Lalu, Allah swt menghapusnya atau menggantinya dengan risalah yang lain hingga risalah paling akhir yaitu risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw untuk seluruh umat di bumi dan sebagai akhir para Nabi. Allah membuat syari’at yang berbeda-beda tidak lain tujuannya ialah hanya untuk menguji hambanya, apakah mereka tetap ta’at atau menentang atas syari’at tersebut (Ibnu Katsir, 1994: 84).

Demikian kekuasaan Allah swt. perbedaan tersebut memang terlihat eksentrik, tidak dapat dihindari eksistensinya. Akan tetapi, hal tersebut mengandung hikmah dan pelajaran yang sangat besar bagi manusia, terutama umat Islam bahwa selain perbedaan itu sebagai sunnatullah maka, ia juga sebagai ujian dari Allah swt untuk menguji hamba-Nya, apakah dengan perbedaan tersebut mereka akan tetap beriman atau menentang kepada Allah Yang Maha Suci.

Sumber: Tafsir Ibnu Katsir

Post a Comment for "Tafsir Surah As-Syura Ayat 8"