Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Aliran Filsafat Paripatetik dan Tokoh-Tokohnya

 

Mengenal Aliran Filsafat Paripatetik dan Tokoh-Tokohnya

Sebagaimana ilmu-ilmu rasional lainnya; fiqh, kalan dan lain-lain, filsafat Islam juga memiliki petumbuhan dan perkembangan, sekaligus juga mengalami masa-masa surut. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, filsafat Islam menformakan wujudkan yang utuh melalui para filsuf yang senantiasa mengembangkan teori-teori filsafat Islam sejak Al-Kindy dan Al-Faraby hingga Suhrawardi dan Ibnu Rusyd. Melalui penggalian yang dalam tentang filsafat Islam, muncul berbagai madzhab dan corak, madzhab paripatetis (masy-syai) sebagai corak awal, kemudian corak iluminasi (isyraqy) dan gnosis (irfani) serta madzhab-madzhab yang lain.

Masing-masing madzhab memiliki karakter pemikiran yang berbeda-beda sehingga dapat dibedakan dengan membandingkan antara madzhab satu dengan madzhab yang lain. Namun, dalam tulisan ini akan fokus pada satu pertanyaan, “siapakah madzhab paripatetis itu?”

Istilah paripatetik berasal dari bahasa Inggris, “peripatetic” yang memiliki arti mengembara, atau pengembaraan. Sementara istilah paripatetik dalam bahasa Arabnya adalah “Masya’i” yang artinya berjalan. Kata “mengembara” dan “berjalan” adalah sebutan untuk madzhab ini, karena ajarannya disampaikan Aristoteles, sebagai founder, sembari berjalan-jalan di sekitar sebuah gedung olahraga di kota Athena yang bernama Peripatos. (Hasan Bakti Nasution, 2012: 181).

Sementara secara ontologis, paripatetik Islam merupakan sintesa ajaran-ajaran Islam dengan filsafat Aristotelianisme dan Neoplatonisme, yang di lakukan oleh para filsuf muslim pra Suhrawardi, yakni oleh Iransyahri, Al-Kindi, Al-Farabi, Abu Sulaiman Al-Sijistanu dan Ibnu Sina sebagai penyempurna sehingga filsafat madzhab ini memanifestasikan bentuk yang utuh. Filsuf pertama yang melakukan upaya sintesa ini adalah Al-Kindi, sebagai filsuf Islam pertama yang mendalami hubungan filsafat dan agama.

Menurut Al-Kindi, tidak ada pertentangan antara agama dan filsafat, karena keduanya sama-sama membicarakan kebenaran (بحث الحق). Sintesa agama-filsafat yang diupaakan Al-Kindi, merupakan langkah awal dalam menentukan penerimaan filsafat dalam dunia Islam. Ia sangat berperan dalam Arabisasi filsafat Yunani melalui terjemahan-terjemahannya. Demikian pula Al-Farabi yang selain berjasa dalam memadukan agama dan filsafat, ia juga berperan dalam pemaduan antara Palto dan Aristoteles sebagai induk dari Neoplatonisme dan Aristetolianisme. Upaya ini dapat diketahui melalui karyanya yang berjudul “al-Jam’u bayna Ra’yi al-Hakamain Aflaton wa Aristhu” (The book of Accord Between The Ideals of The Devine Plato and Aristo). Sementara itu, Ibnu Sina, selain mengadakan upaya sintesa, juga mengadakan finishing filosofis terhadap problem-problem Ketuhanan yang belum terpecahkan sebelumnya, seperti kajian mengenai wujud (ontologi). (Sayyed Hossein Nashr, 1996: 36-37).

Madzhab paripatetik ini kemudian berkebang karena maisng-masing tokoh yang telah disebutkan di atas memiliki murid-murid yang setia, sebagai pewaris estafet keilmuan dari para guru-gurunya. Murid-murid Al-Kindi ialah Ahmad bin Thayib Sarkhasi, seorang guru syi’ah yang bernama Abu Ma’syar Al-Balkhi, seorang ahli nujum dan terkenal di Barat dengan julukan Albumasar; Abu Zaid Al-Balkhi, pengarang kitab Shuwar al-Aqalim dan Masalik Al-Mamalik. Para murid Al-Kindi ini merupakan medium lahirnya Al-Farabi. Lalu, Al-Farabi memiliki murid setia dari kaum Kristen, yaitu Yahya bin ‘Adi. Yahya bin ‘Adi memiliki murid Abu Sulaiman Al-Sijistani dengan karya filsafatnya “Shiwan Al-Hikmah”. Nama terakhir ini memiliki pengajian filsafat dengan sebutan “Majlis Sijistani”.

Sedangkan murid-murid setia Ibnu Sina, diantaranya adalah Abu Ubaid Al-Juzjani, Abu Zailah, Bahmanyar ibnu Marzhan (w.458/1066), penulis kitab  Kitab Al-Tahshil” (Th Book of Attainmendt), Ma’shumi, Abu Abbas Al-Lukari, Afdhal Al-Din Al-Ghilani, Shadr Al-Din Al-Sarkhasi, Nisaburi, Nashir Al-Din Al-Thusi, Shadr Al-Din Al-Syairazi dan
lainnya.

Sebagai suatu aliran, filsafat paripatetik adalah sebuah metode perumusan kebenaran dengan pendekatan argumen rasional secara demonstratif (Burhani). Dalam pengertian luas, menurut Muhammad Al-Rawiyin – sebagaimana yang dikutip oleh Hasan Bakti Nasution dalam penelitiannya – Burhan ialah sebuah metode sistematis yang dipergunakan sebagai undang-undang yang berbeda-beda baik yang diperoleh secara mudah atau melalui proses pemikiran, atau menggunakan beberapa metode perumusan kebenaran yang ada untuk memperoleh suatu hukum dan kebenaran, atau menguatkan sesuatu kebenaran yang dimulai dari penerimaan pengetahuan yang sudah ada. Oleh sebab itu, metode Burhan digunakan untuk menemukan sebuah masalah baru (kebenaran) dan atau menguatkan kebenaran.

 

 

Post a Comment for "Mengenal Aliran Filsafat Paripatetik dan Tokoh-Tokohnya"