Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Membaca Al-Qur’an dengan Menangis Sebagai Wasilah untuk Khusyuk

 



Membaca Al-Qur’an dengan Menangis Sebagai Wasilah untuk Khusyuk

Membaca Al-Qur’an disertai dengan menangis merupakan suatu kesunnahan yang perlu diketahui oleh setiap orang muslim. Pasalnya Al-Qur’an tidak cukup hanya dengan sekedar dibaca saja, namun harus disertai dengan rasa yang dalam seperti menghayati ketika membaca, menangis ketika membaca ayat tentang adzab dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, untuk mencapai Hudurul Qalbi (khusyuk) maka, diperlukan wasilah yang salah satunya adalah dengan menangis tersebut.

Menangis ketika membaca Al-Qur’an merupakan amalan atau prilaku para ulama’ yang dekat dengan Allah swt, juga merupakan prilaku orang-orang yang saleh. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa Allah swt berfirman:

يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا (109)

Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk” (Q.S al-Isra’ [17]: 109)

Ayat ini menjelaskan tentang sifat-sifatnya Ahlu Kitab yang salih, yang tetap berpegang teguh terhadap kitab mereka dan mereka juga tidak merubah apapun yang ada di dalamnya. Sehingga tatkala dibacakan kepada mereka Al-Qur’an, mereka menyungkurkan wajahnya dengan tujuan mengagungkan Allah swt serta sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah dilimpahkan. Mereka khusyu’ disertai keimanan dan pembenaran tentang Allah, Al-Qur’an dan Rasul-Nya sehingga, disebutkan “Wayaziduhum Khusyu’a” yakni bertambah keimanan dan kata’atan mereka kepada Allah swt. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Wahbah Zuhaili dalam tafsir “al-Munir”.

Lalu, bagaimana apabila membaca Al-Qur’an dan sulit untuk disertai dengan menangis? Maka ada riwayat dan juga telah banyak dikatakan oleh para ulama’ yang menyatakan hendaknya berusaha untuk menghayati dan menangis walaupun tidak sampai menangis hingga mengeluarkan air mata. Adapun bunyi hadis Nabi yang menyatakan demikian adalah sebagai berikut:

إن هذا القرآن نزل بحزن . فإذا قرأتموه فابكوا . فإن لم تبكوا فتباكوا

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dengan kesedihan. Ketika kalian membacanya maka menangislah. Jika tidak bisa menangis maka, berusahalah untuk menangis” (H.R Ibnu Majah, No. 337)

Hadis ini dinilai dhaif oleh Ibnu Majah namun, tidak masalah apabila dimasukkan pada bab fadailul a’mal yakni diaplikasikan untuk meningkatkan amal seorang hamba seperti menangis ketika membaca Al-Qur’an agar lebih khusyuk.

Imam Nawawi dalam “al-Tibyan fi Hamalatil Qur’an” mengutip suatu riwayat dari Umar bin Khattab bahwa Rasulullah saw pernah melaksanakan shalat subuh secara berjama’ah. Kemudian, beliau menangis hingga air matanya mengalir sampai ke tulang dadanya. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau (Nabi Muhammad) menangis sehingga suara tangisannya terdengar oleh sahabat yang berada di shaf belakang beliau.

Menurut Imam al-Ghazali  hukum menangis tatkala membaca Al-Qur’an adalah sunnah. Menangis menjadi jalan atau wasilah untuk menghadirkan kesedihan dalam hati seorang hamba dengan cara berangan-angan tentang ancaman, janji dan siksa Allah di dalamnya. Menurut al-Ghazali. jika tidak bisa menghadirkan kesedihan atau menangis sama sekali maka, hal tersebut bisa jadi karena hati seorang hamba yang keras dan penuh maksiat. (Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut: Dar al-Ma’rifah], halaman 277)

Oleh sebab itu, seorang hamba yang ingin memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah maka, hendaknya ia mengikuti amalan para ulama seperti menangis atau jika tidak bisa menangis maka tetap berusahalah untuk menangis melalui penghayatan tatkala membaca Al-Qur'an disertai dengan berangan-angan tentang kenikmatan, siksa dan janji Allah swt kepada hambanya. Sehingga, dapat lebih khusyuk dalam membaca Al-Qur'an dan di dalam melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Wallahu A'lam.

Post a Comment for "Membaca Al-Qur’an dengan Menangis Sebagai Wasilah untuk Khusyuk"