Tradisi Pengajian dalam Rangka Memperingati Maulid Nabi di Pulau Madura Sebagai Upaya Melestarikan Ajaran Islam
Bulan maulid adalah bulan yang sangat mulia karena bulan tersebut adalah bulan kelahiran kanjeng Nabi Muhammad saw. Di bulan maulid ini, umat Islam yang berada di berbagai penjuru bumi berbondong-bondong untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad saw dengan berbagai bentuk kegiatan, ritual dan keagamaan. Tujuan dari perayaan itu, tidak lain untuk menghormati dan mengagungkan kanjeng Nabi Muhammad saw.
Perayaan maulid Nabi Muhammad saw dilaksanakan dengan cara yang berbeda-beda di setiap daerah. Salah satu faktor perbedaan ini karena masing-masing daerah memiliki tradisi dan adat yang berbeda-beda namun tujuannya tetap sama yakni menghormati dan mengagungkan Nabi Muhammad saw. Salah satunya adalah perayaan maulid Nabi di pulau Madura. Sebagaimana yang telah saya amati, masyarakat Madura sangat semangat dalam memperingati maulid Nabi Muhammad. Mereka merayakan maulid Nabi Muhammad dengan mengadakan pengajian dan biasanya juga disertai dengan memperingati haul orangtuanya yang sudah wafat jika bertepatan pada bulan maulid.
Pada acara pengajian untuk memperingati maulid Nabi tersebut, di dalamnya dibacakan dzikir-dzikir seperti pembacaan surah al-Fatihah sebagai pembuka, kemudian bacaan Al-Qur’an, tahlil hingga kemudian membaca maulid Nabi Muhammad saw sebelum pengajian dimulai. Pada acara perayaan tersebut tidak sedikit orang-orang yang hadir untuk mengikutinya bahkan ratusan hingga ribuan para jama’ah yang hadir baik dari kalangan remaja, dewasa hingga lansia. Salah satu motivasi mereka yang amat dominan untuk menghadiri perayaan maulid Nabi selain rasa cinta kepada Nabi Muhammad ialah untuk mendengarkan pengajian atau ceramah yang nantinya akan disampaikan oleh Kyai (penceramah) yang dirawuhkan.
Dalam acara tersebut, umat Islam berkumpul menjadi satu sehingga dapat terjalin silaturrahim satu sama lain. Banyak hikmah yang dapat diambil dari acara perayaan maulid Nabi ini selain menjalin silaturrahim juga memperkokoh ukhuwah Islamiyah dengan demikian, perdamaian antar umat pun dapat teralisasikan dan jauh dari perpecahan. Sebagaimana yang sudah saya sebutkan di atas bahwa motivasi yang sangat dominan untuk menghadiri perayaan maulid Nabi Muhammad adalah untuk mendengarkan ceramah dari Kyai yang mengisi pengajian. Masyarakat Madura sangat senang mendengarkan pengajian atau ceramah pada perayaan maulid tersebut, tentunya maksud dari senang di sini bukan berarti senang terhadap segala apa yang disampaikan oleh penceramah tanpa terkecuali, jika dalam penyampaian ceramah terdapat unsur provokasi, politik atau untuk membela satu kubu dan merendahkan kubu lainnya maka, ini tidak disukai oleh mayoritas masyarakat Madura.
Sementara dalam ceramahnya, Kyai (penceramah) lebih banyak memberikan pelajaran tentang agama dan juga kisah yang dapat menyentuh hati dan jiwa para jama’ah. Dengan ceramah yang lemah lembut inilah para jama’ah sangat suka untuk mendengarkan daripada ceramah yang mengandung kekerasan. Sehingga, acara pengajian dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad saw dari dulu hingga sekarag tetap ada dan menjadi tradisi di pulau Madura. Perihal dakwah dengan lemah lembut dan kasih sayang sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an tepatnya pada surah al-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik…” (Q.S Al-Nahl [16]: 125)
Menurut Syaikh Ali al-Shabuni (1997: 137) dalam tafsirnya, “Safwah al-Tafasir” menyatakan bahwa ayat ini merupakan perintah kepada Rasulullah saw agar menyeru umat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan metode-metode yang bijak dan juga disertai dengan sikap lemah lembut karena sikap tersebut lebih dapat berbekas daripada dengan cara yang kasar. Maka dari itu, metode inilah yang lebih sesuai untuk etnis Madura yang dikenal dengan memiliki karakter yang kasar. Di sisi lain juga memandang sangat kentalnya ajaran Islam di pulau Madura ini, sehingga, mereka tidak suka dakwah dengan metode yang kasar.
Metode seperti ini yang juga diterapkan oleh Rasulullah untuk mengubah kebobrokan moral pada waktu itu. Dengan metode dakwah yang demikian, peradaban dan kebudayaan pada masa Rasulullah saw yang paling dahsyat adalah perubahan sosial. Rasulullah sukses dalam merubah kebobrokan moral bangsa Arab menuju moralitas yang beradab.
Salah satu kisah dakwah beliau yakni ketika tawanan perang Badar telah tiba, beliau bersabda: “Berbuat baiklah kepada tawanan ini.” Sehingga, salah satu tawanan perang yaitu, Abu Azid bin Umair yang dibawa oleh seseorang dari kaum Anshar. Tatkala beberapa kaum Anshar mendatanginya membawa makanan siang dan malam, mereka memberinya roti. Hal ini disebabkan perintah dari Rasulullah saw agar berbuat baik terhadap para tawanan perang Badar tersebut. Betapa kasih sayangnya Rasulullah saw. (Ibnu Hisyam, 2017: 267)
Tradisi ini dapat dijadikan sebagai wasilah atau mediator agar tetap terlestarikannya ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Sebab di dalamnya mengandung banyak ajaran dalam Islam seperti silaturrahim, berkumpul dengan orang-orang shalih, membaca dzikir, Al-Qur’an dan masih banyak syi’ar-syi’ar Islam yang termuat dalam tradisi pengajian dalam rangka memperingati maulid Nabi Muhammad tersebut.
Oleh karena itu, tradisi pengajian di pulau Madura ini harus diapresisi dan terus tetap dijaga karena dengan tradisi seperti inilah ajaran-ajaran Islam tetap terlaksana dan terjaga sepanjang masa sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw kepada umatnya dan sebagai media untuk membentengi umat Islam dari perpecahan dan kebobrokan moral di era globalisasi ini.
Post a Comment for "Tradisi Pengajian dalam Rangka Memperingati Maulid Nabi di Pulau Madura Sebagai Upaya Melestarikan Ajaran Islam"