Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Harapan yang Tak Terduga

 

Harapan yang Tak Terduga

_Malang, 5 November 2024_

*23.30*

Rintikan air hujan seakan membungkus seluruh kota. Ditambahkan mendung yang menjadi backgroundnya. Serta tidak luput dari dentuman petir yang membelah sunyinya malam. Musim dingin yang telah datang sejak 3 bulan yang lalu. Sesuatu yang menghangatkan merupakan hal yang paling utama yang dicari di musim ini. Beralaskan tikar dan bantal, aku terlelap dalam mimpi. "Goolll!!!" "Auhh, apaan sih ini?" Aku pun terbangun dan ternyata ada bercak darah nyamuk di kakiku yang telah ku pukul. Aku pun beranjak menuju ke kamar tidur dan melanjutkan mimpiku.

,,,,,

"Thomas, setelah Ujian Nasional besok kamu mau meneruskan ke mana?" Kevin, teman sebangkuku yang menghampiriku di perpustakaan.

"Kayaknya aku meneruskan ke SMP Teman Bakti Nusantara Lamongan. Disana kan ada eskul olahraga jadi aku bisa ambil bagian sepakbola." kataku.

"Emangnya di sekitar Malang sini tidak ada yang menyediakan eskul olahraga? Lagian kamu sukanya keluar kota aja…" ujar Kevin.

"Hhmmm, ada sih, tapi kan kamu tau sendiri kalau di sekitar Malang sini jarang ada yang menyediakan eskul sepakbola. Aku kan ingin jadi pemain sepakbola besok." Kevin pun kembali melanjutkan makannya.

"Kalau kamu sendiri ingin ke mana?" tanyaku kembali.

"Aku sih inginnya seperti kamu bisa lanjut SMP dan ambil eskul sepakbola, tapi orang tuaku belum mengizinkan untuk ke luar kota. Katanya nanti aja kalau udah SMA atau lanjut kuliah aja. Jadi ya aku mungkin ke sekitar Kepanjen situ." "Oh iya, nanti kamu ke lapangan duluan ya, soalnya nanti aku ke bank dulu."

"Ok, siap."

_____,,,,,_____

 

_Lamongan, 8 Februari 2028_

"Thomas, kapan kamu pulang ke Malang? Aku sama teman-teman kangen main bola sama kamu."

Rupanya Kevin masih aja suka telfon aku malam-malam. Okeylah tidak apa-apa, toh aku juga kangen sama mereka.

"Tanggal 18 besok aku pulang sampai tanggal 28 buat refreshing sejenak sebelum menghadapi Ujian Nasional." ujarku sambil beristirahat selepas latihan di sebelah rumah kos ku.

"Horee, akhirnya kamu pulang juga. Nanti saya akan bilang ke mereka ya." Kevin sungguh senang mendengar ucapanku.

"Okay. Udah dulu ya aku mau tidur dulu." Kututup duluan sebelum Kevin berbicara panjang lebar.

"Oh iyaya. Kamu dari dulu sukanya tidur duluan. Okay."

,,,,,

Setelah pulang ke Malang selama 2 minggu, aku kembali ke Lamongan untuk mempersiapkan Ujian Nasional. Dan alhamdulillah, setelah pembagian nilai ternyata nilaiku tidak buruk-buruk amat. Dan keinginanku untuk menjadi pemain sepakbola Indonesia semakin terwujud dan rencananya aku ingin melanjutkan ke SMA Persatuan Indonesia Surabaya. Dari sana bisa mengikuti seleksi ke Cabang Pelatihan Tim-Tim Liga 1(seperti Persija, PSIS, Bali United, dll)jika bisa mendapatkan nilai diatas rata-rata. Seperti impianku, aku ingin menjadi bagian dari Tim Bali United. Kevin, teman sebangkuku waktu SD, dia juga bercita-cita ingin menjadi bagian dari Tim Persib.

Sekarang saatnya aku mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke Surabaya.

_____,,,_____

 

_Surabaya, 3 Maret 2032_

Tak terasa aku sudah menghabiskan waktuku disini bersama Kevin, teman sebangkuku waktu SD, selama 3 tahun. Saatnya untuk mempersiapkan Ujian Nasional supaya nilaiku bisa diatas rata-rata dan bisa bergabung ke Cabang Pelatihan Tim-Tim Liga 1 sebelum seleksi ke Pusat Pelatihan Tim-tim Liga 1. Begitu juga Kevin, dia sangat bermimpi ingin bermain di Stadion GBLA (markas Persib). Syukurlah aku bisa dipertemukan lagi dengan Kevin selama 3 tahun meskipun setelah ini aku berpisah dengannya entah sampai kapan. Aku rindu masa kecilku yang selalu bermain bola setiap sore bersama Kevin dan teman-temanku yang lain. Entah kemana sekarang teman-temanku yang lain. Semoga saja mereka bisa mewujudkan impiannya seperti aku dan Kevin saat ini. Semoga besok kelak aku bisa bertemu lagi bersama mereka.

,,,,,          

"Alhamdulillah Thomas, kita bisa mewujudkan impian kita." seru Kevin setelah pembagian nilai Ujian Nasional pagi tadi.

"Akhirnya, sebentar lagi ke GBLA, hehehehe."

"Hhmmm, kamu juga bisa main di Stadion Kapten I Wayan Dipta(markas Bali United) setelah ini."

Aku pun masih bersenang-senang bersama Kevin di asrama sampai pukul 23.00

"Kita nanti pulang ke Malang barengan ya." ajak Kevin

"Pasti dong."

,,,,,

Sesampainya di rumah,

 

"Assalamualaikum, bu."

"Waalaikumsalam, nak. Alhamdulillah kamu pulang juga. Sudah lama sekali kamu sekolah di tanah orang."

"Iya bu."

"Thomas, kamu sudah pulang?" Ayah kaget melihat aku pulang

"Iya yah, aku rindu dengan semuanya."

"Ayah juga."

"Nanti malam pamanmu datang kesini. Kamu istirahat dulu ya." Ibu memberitahuku

"Iya bu."

Malam itu juga aku tidak menduga bahwa impianku tidak akan pernah terwujud.

,,,,,

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, oh akhirnya kau datang juga. Thomas, ini pamanmu sudah datang." Ayah memanggilku ke ruang depan.

"Thomas, akhirnya kamu pulang juga. Senang bertemu denganmu." Pamanku takjub melihatku.

"Iya paman, baru pulang tadi pagi." jawabku.

"Ayo, silahkan masuk." Ibuku mempersilahkan.

"Jadi gini Thomas, paman kesini ingin membicarakan kelanjutan kamu. Jadi paman baru saja ditawari sama salah seorang di Saint Petersburg, katanya ada penerimaan murid baru di Gazprom University, Rusia. Nah, paman sama orang tua kamu juga menyarankan demikian. Gimana menurutmu, Thomas?" Paman menjelaskan kepadaku.

Aku merasa agak bingung dengan situasi ini. "Jadi, aku disuruh untuk melanjutkan ke luar negeri?"

"Kurang lebihnya begitu, Thomas." Ayah yang menjawab.

"Aku tidak mau. Aku ingin lanjut ke Bali aja. Aku tidak mau ke luar negeri!!!" Kenapa kok sekarang jadi begini? Apakah impianku pupus begitu saja? Apakah perjuanganku menjadi bagian dari Bali United terbuang sia-sia?

"Coba kamu pikirkan kembali. Kamu disana sudah difasilitasi lengkap. Biaya hanya bayar setengah. Perlengkapan sudah disiapkan. Uang saku sudah ada. Dan kampusnya juga terkenal di Rusia. Kamu mau ya lanjut di sana?" Pamanku memaksaku.

"Pokoknya aku tidak mau. Aku maunya ke Bali." Aku pun meninggalkan ruang depan dengan sakit hati. Ku peluk bantal dan guling sambil menahan air mata. Apakah harapanku berhenti disini? Aku pergi ke Lamongan dan Surabaya hanya karena ingin ke Bali. Dan sekarang semuanya terasa tak berarti. Keadaan memaksaku pergi ke negeri orang. Aku pun tidak bisa menggambarkan seperti apa hidup disana. Aku tidak ingin jauh dari orang tua, dari keluargaku, dari teman-temanku, dari siapapun yang mengenalku. Kevin, dimana kamu sekarang? Apakah kamu sudah di Bandung? Apakah kamu tau aku tidak akan pernah bisa ke Bali? Oh Tuhan, mengapa harus begini. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku terus memaksa impianku ke Bali? Atau terpaksa pergi ke negeri orang? Semuanya terasa hampa. 

,,,,,

"Tenanglah, pasti dia menerimanya. Dia hanya butuh waktu untuk memikirkannya dan bagi dia terasa sangat berat untuk melewatinya." Ibuku membenarkan.

"Iya aku tau itu. Ini semua kan demi kebaikan dia juga. Kenalanku disana mengatakan kalau Thomas lebih pantas lanjut disini." ujar pamanku.

Masih terdengar sayup-sayup pembicaraan mereka di ruang depan. Sementara aku memaksakan tidur lebih awal supaya aku bisa lebih tenang untuk melewati semuanya. Goodbye Kevin......

_____,,,,,_____

 

_Waru, 12 Mei 2032_

"Ok, kamu sudah siap Thomas?"

"Sudah paman." Dengan bermalas-malasan aku menjawabnya.

"Kamu jaga diri baik-baik ya disana." seru ibu seraya memelukku.

"Iya bu."

"Jadilah yang terbaik ya Thomas." Ayah bergantian memelukku.

"Iya pak."

"Ok saya berangkat dulu ya." Pamanku berpamitan.

"Tolong jaga Thomas ya."

"Siap."

Aku pun naik ke pesawat dengan perasaan sedih bercampur kecewa.

Tak lama kemudian pesawat lepas landas dan terbang meninggalkan semuanya. Aku menatap jendela dengan tatapan kosong. Selamat tinggal Kevin. Semoga kamu betah di Bandung. Selamat tinggal ayah dan ibu. Semoga aku bisa menatapmu lagi dilain waktu.

"Thomas, jika kamu capek kamu istirahatlah. Nanti akan saya bangunkan jika sudah sampai." Paman memberitahuku.

"Iya paman."

Hari ini, aku sama sekali tidak menyangka. Ternyata impianku jauh lebih indah dari yang ku impikan. Dan aku pun tidak pernah terpikirkan sama sekali.

_____,,,,,_____

 

_Saint Petersburg, 12 Mei 2032_

"Tuan Jordan, anda telah disiapkan hotel untuk menginap oleh tuan. Besok pagi tuan akan menjemput anda di lobi hotel." Salah seorang asisten berbicara kepada paman.

"Ok siap."

Aku pun langsung naik mobil bersama pamanku dan bersama rombongan yang lain menuju hotel. Sebenarnya, pemandangan kota Saint Peterson ini sungguh menakjubkan, apalagi setelah ini pemandangan sunset akan datang. Pasti menakjubkan melihatnya tenggelam diantara pucuk-pucuk gedung kota. Tapi aku tidak tertarik menikmatinya. Aku lebih memilih melamun dan memikirkan Kevin. Mungkin dia sekarang sudah bangga sebentar lagi dia akan menjadi bagian dari skuad Tim Persib. Sedangkan aku, keinginanku ke Bali malah tidak tercapai. Justru harus disuruh untuk melanjutkan ke tempat yang sama sekali tidak pernah terpikirkan dan tidak kukenali. Dan sekarang aku harus masuk kampus yang katanya salah satu kampus terbesar dan terbaik di Rusia.

"Ok tuan, tempat penginapan anda sudah sampai. Besok pagi tuan akan menjemput anda." Para asisten mempersilahkan kami.

"Ok terimakasih atas tumpangannya."

"No problem tuan. Kami permisi dulu."

"Silahkan."

"Ayo Thomas, bawa barang-barangmu dan masuk ke dalam." Paman mengawali masuk.

"Iya paman."

Jika aku sempat menikmati pemandangan senja tadi, mungkin hotel di depanku ini sungguh sangatlah besar dan tinggi. Dengan taman yang luas didepannya bagaikan menara yang indah. Ditambah dengan sungai yang membelakanginya. Aku pun langsung naik ke lantai 30. Itulah kamar yang telah disiapkan untuk kami.

"Ok Thomas, ini kamar kamu. Jika kamu ingin jalan-jalan ke kota silahkan. Atau ingin langsung istirahat juga boleh. Paman mau menelpon teman paman dulu. Kalau kamu ingin sesuatu, bilang ke paman ya." Paman menjelaskan.

"Iya paman."

"Nanti malam paman kembali lagi kesini." Paman pun langsung keluar meninggalkanku sendiri dikamar.

Sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin ku tanyakan ke paman. Apa yang kulakukan besok? Siapa yang akan menjemput aku? Seperti apa bentuk kampusku? Dimana kampusku? Aku mencoba untuk tidur lebih awal sambil memikirkan beberapa pertanyaan yang hendak ku tanyakan ke paman. Lebih baik aku istirahat saja daripada melihat pemandangan kota dari lantai 30 dengan tatapan semu. Mungkin inilah awal aku hidup jauh di negeri orang.

_____,,,,,_____

 

_13 Mei 2032_

*06.00*

"Jordan, aku sekarang akan menjemputmu bersama para asistenku. Tunggulah di lobi hotel."

"Baik Dejan." Paman menutup telponnya.

"Apakah kau sudah siap Thomas?"

"Sudah paman."

"Ayo kita tunggu teman paman di lobi hotel."

"Iya paman."

Hari ini. Aku memulai hidup baru di Saint Petersburg, salah satu kota terbesar di Rusia.

"Oh iya, nanti kamu akan diajak jalan-jalan ke Gazprom University bersama teman paman." Paman menjelaskan.

"Iya paman."

Dan aku pun sampai di lobi hotel. Sekarang masih pukul 6 pagi waktu Rusia. Melihat pemandangan taman hotel ini sangatlah indah. Ditambahkan air mancur di tengahnya dan dikerumuni oleh burung-burung kecil. Jalanan didepan gerbang utama sudah sangat ramai oleh berbagai kendaraan dan pejalan kaki. Aku duduk di lobi hotel bersama paman menunggu temannya. Aku tidak henti-hentinya berpikir. Seperti apa bentuk kampusku? Dimana letaknya? Apakah aku betah disana? Apakah aku harus membangun impian yang baru dikampusku? Dengan melupakan impianku ke Bali? Semuanya masih mengambang di pikiranku.

,,,,,

"Good morning Jordan. I'm sorry I'm late. Tadi aku terjebak macet dijalanan." Dejan, teman pamanku, telah sampai di lobi hotel.

"No problem Dejan."

"Oh ternyata kau yang bernama Thomas. Perkenalkan, aku Dejan, Kepala Jurusan Sepak Bola di Gazprom University. Kau pasti belum pernah tau kan? Sekarang aku akan mengajakmu melihatnya." Paman Dejan bersalaman dan mengenalkan diri.

"Saya Thomas, paman."

"Ok, jika kau sudah siap ayo segera naik ke mobil. Biarkan barang-barangmu dibawa oleh asistenku." Paman Dejan menyuruhku.

"Baik paman."

"Apakah kau ikut juga Jordan?"

"Nanti aku menyusul." tungkas paman.

"Aku berangkat dulu paman." Aku berpamitan.

"Hati-hati Thomas"

"Iya paman."

,,,,,

"Aku sudah melihat pola permainanmu saat tanding di antar kompetisi." Paman Dejan berbicara. "Pamanmu yang merekammu lalu dikirimkan ke aku. Skill-skill kamu sudah oke. Dribbling kamu juga. Kamu juga sering meraih peringkat terbaik di berbagai kompetisi di Indonesia. Bahkan peringkat terburuk yang pernah diraih oleh timmu itu hanya peringkat 4. Diluar itu timmu selalu meraih peringkat 1, 2, ataupun 3. Di Gazprom University sendiri, setiap tahunnya selalu menciptakan pemain-pemain baru. Cara bermain mereka hampir sama sepertimu. Mereka akan dikirimkan ke klub FC Zenit U-21. Kamu pasti pernah mendengarnya kan? Disana akan diseleksi terlebih dahulu sebelum masuk skuad FC Zenit U-21. Nah jika lulus seleksi, maka mereka akan masuk skuad FC Zenit U-21 dan bisa bermain di Russian PL 2(Liga Rusia khusus dibawah 21 tahun). Dan juga bisa bermain melawan tim-tim Rusia lainnya seperti CSKA Moscow U-21, Lokomotiv Moskva U-21, Rubin Kazan U-21, dan tim-tim Rusia yang lain." Paman Dejan menjelaskan tentang Gazprom University.

Aku pernah mendengar klub-klub yang disebutkan paman Dejan tadi. Klub-klub tersebut merupakan tim-tim besar di Rusia dan pernah bermain di Liga Champions (kompetisi tertinggi di Eropa)

"Nah Thomas, kamu juga bisa seperti mereka. Melatih kemampuanmu di Gazprom selama 2 tahun. Setelah itu kamu bisa langsung masuk skuad FC Zenit U-21 tanpa harus seleksi dulu. Bayangkan saja impian kamu dulu ingin menjadi pemain Bali United dan ingin ikut kompetisi Liga 1. Sekarang kamu justru sedang bermain di Liga Rusia dan menjadi pemain FC Zenit U-21. Secara tidak langsung kamu menjadi pemain Eropa." Paman Dejan menambahi.

Aku seketika terdiam. Aku bermain di Liga Rusia? Aku menjadi pemain Eropa? Sungguh, ini merupakan harapan yang tak terduga. Dulu aku juga pernah ingin bermain di Eropa, melihat para pemain bintang bermain sungguh menyenangkan. Sekarang aku tidak menyangka, aku bisa bermain di Eropa. Perlahan aku meneteskan air mata. Merasa terharu melihat keadaanku sekarang ini.

"Kenapa kamu sedih Thomas?" Paman Dejan terheran melihatku.

"Aku tidak sedih paman. Aku justru terharu dan sangat senang bisa bermain di Eropa." Aku terbata-bata mengatakan.

"Memang kamu pantas bermain disini. Sebenarnya ini saran saya kamu lanjut disini. Bukan kemauan pamanmu. Aku memang mencari bibit unggul pemain. Dan kamu adalah bibirnya. Sangat disayangkan jika kamu bermain di Liga 1. Sedangkan kemampuan kamu seperti pemain Eropa. Nah sekarang kamu bisa masuk Gazprom University tanpa harus tes dulu. Dan kamu juga hanya perlu membayar uang bulan saja. Perlengkapan, uang saku, dan uang gedung sudah saya yang tanggung." Paman Dejan diam sejenak.

"Terimakasih paman." Aku sangat terharu melihat ini. Sekarang baru aku tahu mengapa ayah dan ibu menyetujui pamanku dan menyarankan aku agar melanjutkan disini. Sungguh harapan yang tak terduga bagiku.

"No problem."

Tanpa terasa aku sudah didepan gapura besar bertuliskan "Welcome to Gazprom University" dengan bahasa Rusia.

"Sekarang ayo kita turun dan jalan-jalan ke dalam. Barang-barangmu sementara disini dulu."

"Iya paman."

Aku tidak berkedip melihatnya. Pemandangan gedung-gedung yang besar dibalik gapura depan setinggi 5 meter sungguh mempesona. Inilah Gazprom University. Kampus terbesar di Saint Petersburg. Kampus yang mampu menampung mahasiswa dari Rusia ataupun dari luar negeri. Disini menyediakan berbagai macam fakultas. Salah satunya fakultas terbesar disini yaitu fakultas olahraga. Di dalam fakultas ini terdapat berbagai macam jurusan. Salah satunya jurusan yang diminati yaitu jurusan sepakbola. Kebetulan kepala fakultasnya yaitu paman Dejan, teman paman sendiri. Luas wilayah Gazprom sendiri hampir seluas 6 kali lapangan bola. Belum termasuk lapangan-lapangan olahraga lainnya. Terdapat gedung khusus akademi FC Zenit U-21. Gedung ini dihuni hanya mahasiswa yang ingin menjadi bagian dari skuad FC Zenit U-21. Gedung ini merupakan gedung terbesar di Gazprom. Luasnya sekitar satu lapangan bola.

Inilah awal ku memulai masa depan yang baru.

_____,,,,,_____

 

*17.00*

"Ok Thomas kamu betah disini?" Paman Dejan memastikan.

"Sangat betah paman." Aku bersemangat.

"Memanglah. Kamu memiliki jiwa pemain yang tertanam dihatimu. Nanti malam pamanmu kesini sebelum dia terbang ke Nizhny Novgorod, ada hal-hal penting ingin dibicarakan. Mulai besok kamu sudah melakukan kegiatan bersama mahasiswa yang lain. Aku akan pergi ke Krestovsky Stadium (markas utama Zenit). Sampaikan salamku kepadanya." Paman Dejan berpamitan.

"Iya paman."

Aku langsung berbaur dengan mahasiswa yang lain. Aku sekamar dengan Theo. Dia bertempat tinggal di Samara bersama kedua orang tuanya. Kebetulan ayahnya berdarah Semarang dan ibunya berasal dari Finlandia. Keduanya menikah dan memiliki 2 anak. Theo merupakan anak pertama dan Emilia merupakan adik perempuan dari Theo. Adiknya sekarang bersekolah di Samara. Theo juga merupakan mahasiswa baru disini. Dia baru seminggu disini. Dia melanjutkan disini karena dia ingin bermain di Liga Champions. Dan Zenit merupakan tim yang menurutnya tepat untuk menggapai impiannya. Aku seketika teringat dengan Kevin. Bagaimana kabarnya? Apakah dia baik-baik saja di Bandung? Semoga aku bisa bertemu lagi dengan Kevin dilain waktu.

_____,,,,,_____

 

_Saint Petersburg, 28 Mei 2034_

Tanpa terasa sudah 2 tahun aku menjalani berbagai macam latihan, pertandingan, bersama Theo dan mahasiswa yang lain. Sekarang aku dan Theo telah masuk skuad FC Zenit U-21. Sebelum memasuki musim baru, semua pemain diberi waktu selama 1 bulan untuk berlibur. Selama sebulan, aku dan Theo mencari kos di dekat markas utama dan agak jauh dari markas Zenit U-21. Supaya aku dan Theo bisa melihat para pemain Zenit ke stadion dan para fans memadatinya. Selama liburan aku juga punya waktu untuk video call dengan orang tua dan Kevin. Setelah liburan, aku dan Theo dihadapkan dengan jadwal padat. Dan pertandingan pertama yang kujalani cukup berat. Yaitu bertandang ke markas Krasnodar U-21. Sebelum pertandingan pertama dimulai, paman Dejan(selaku Kepala Jurusan Sepak Bola dan menjadi Pelatih FC Zenit U-21) mengatakan jika para pemainnya bermain dengan bagus maka dia akan memasukkan pemainnya ke skuad utama Zenit dan bisa bermain di Krestovsky Stadium. Sungguh aku bisa disini dan momen seperti ini berkat doa orang tuaku, teman-temanku, dan yang lainnya.

,,,,,

Setelah pertandingan tadi, yang berakhir dengan skor imbang, Kevin sempat mengabari aku. Bahwa Bali United (tim yang dulu ku impikan) sekarang terdegradasi dan musim depan tidak bisa ikut Liga 1. Katanya mendapatkan skorsing, dikarenakan adanya staf administrasinya korupsi dan menyebabkan para pemainnya sebagian pindah ke klub lain. Akhirnya PSSI memberikan skorsing berupa turun ke Liga 2 atau denda plus larangan bertanding selama 2 tahun. Syukurlah aku terselamatkan dari itu semua. Ini semua berkat doa dari orang-orang tercinta.

Terimakasih ayah.

Terimakasih ibu.

Terimakasih teman-teman.

Terimakasih untuk semuanya.

Inilah harapan yang tak terduga. Harapan yang jauh lebih baik dari harapanku.

_The end_

1 comment for "Harapan yang Tak Terduga"