Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menelisik Makna Hadis “Allah Turun ke Langit Dunia” dan Waktu-Waktu Mustajab


Menelisik Makna Hadis “Allah Turun ke Langit Dunia” dan Waktu-Waktu Mustajab

Hadis adalah sumber kedua dalam Islam setelah Al-Qur’an. Dalam hal ini akan dibahas mengenai makna dari hadis yang menjelaskan tentang “Allah swt turun ke langit bumi”. Tentu tidak lepas dari pendapat ulama’ mengenai hal ini. Tepatnya, antara ulama’ teolog (ahli kalam) dan ulama’ sufi yang dijelaskan dalam kitab “al-manhaj” karya Imam Nawawi. 

Kemudian, karena hadis ini menyangkut tentang do’a maka, penulis juga menyertai penjelasan tentang waktu-waktu utama untuk berdo’a. 

Makna Hadis "Allah Turun ke Langit Dunia"

Adapun bunyi hadis tentang “Allah swt turun ke langit dunia” ialah sebagai berikut

صحيح مسلم-ن (1/ 521(

 (758) حدثنا يحيى بن يحيى قال قرأت على مالك عن ابن شهاب عن أبي عبدالله الأغر وعن أبي سلمة بن عبدالرحمن عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر فيقول من يدعوني فأستجيب له ومن يسألني فأعطيه ومن يستغفرني فأغفر له

Rasulullah saw bersabda “Allah swt turun ke langit dunia setiap malam,hingga tersisa sepertiga malam terakhir kemudian Allah berfirman: Barang siapa yang berdo’a kepada-Ku maka Aku akan mengabulkannya, barang siapa yang meminta kepada-Ku maka, Aku akan mengabulkannya dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku maka, aku akan mengampuninya” (H.R. Muslim)

Menurut Imam al-Nawawi al-Dimasqi hadis ini adalah salah satu hadis sifat (hadis teologis). Dalam memahami hal ini (Allah swt turun ke langit dunia) terdapat dua pendapat diantara para ulama’.

Pertama, yakni menurut pendapat mayoritas ulama’ salaf dan sebagian ulama ahli kalam (teolog) menyatakan bahwa kita harus mengimani (Allah turun ke langit dunia) sesuai dengan apa yang layak dengan dzat Allah dan tidak pantas bagi kita untuk saling mengetahuinya. Sebagaimana pernyataan beliau (Imam Nawawi) di bawah ini:

)وَفِيهِ مَذْهَبَانِ مَشْهُورَانِ لِلْعُلَمَاءِ سَبَقَ إِيضَاحهمَا فِي كِتَاب الْإِيمَان وَمُخْتَصَرهمَا أَنَّ أَحَدهمَا وَهُوَ مَذْهَب جُمْهُور السَّلَف وَبَعْض الْمُتَكَلِّمِينَ : أَنَّهُ يُؤْمِن بِأَنَّهَا حَقّ عَلَى مَا يَلِيق بِاَللَّهِ تَعَالَى ، وَأَنَّ ظَاهِرهَا الْمُتَعَارَف فِي حَقّنَا غَيْر مُرَاد ، وَلَا يَتَكَلَّم فِي تَأْوِيلهَا مَعَ اِعْتِقَاد تَنْزِيه اللَّه تَعَالَى عَنْ صِفَات الْمَخْلُوق ، وَعَنْ الِانْتِقَال وَالْحَرَكَات وَسَائِر سِمَات الْخَلْق(

Jadi menurut pendapat yang pertama ini, kita memahami (Allah turun ke langit dunia) dengan pemahaman yang sesuai dengan kekuasaan Allah swt, kita tidak boleh berbicara mengenai ta’wil dari hadis tersebut, tidak juga mengenai seperti apa berpindah dan turunnya Allah dan kita mensucikan Allah swt dari sifat-sifat segala mahluk. Sebab turunnya Allah ke langit bumi tidak sama dengan turunnya para mahluk.

Kedua, mayoritas ulama’ ahli kalam (teolog) dan sebagian ulama’ salaf, pendapat ini dinyatakan oleh Imam Malik dan Imam al-Awza’i bahwa hadis ini dita’wil (membelokkan makna satu ke makna yang lain) dengan sesuatu yang pantas pada tempatnya. Sehingga, timbul dua ta’wilan sebagai berikut:

1.      Ta’wilan dari Imam Malik bin Anas dan ulama’ lainnya yang mengatakan maksud dari kata Allah turun yaitu turunnya rahmat dari Allah, perintah serta para malaikat-Nya

)أَحَدهمَا : تَأْوِيل مَالِك بْن أَنَس وَغَيْره مَعْنَاهُ : تَنْزِل رَحْمَته وَأَمْره وَمَلَائِكَته(

2.      Pada bagian ini yakni masuk pada bab “Isti’aroh” sehingga, makna dari “Allah turun” ialah menerima do’anya orang-orang yang berdo’a dengan pengabulan dan kelembutan.

)وَالثَّانِي : أَنَّهُ عَلَى الِاسْتِعَارَة ، وَمَعْنَاهُ : الْإِقْبَال عَلَى الدَّاعِينَ بِالْإِجَابَةِ وَاللُّطْف(

Waktu-Waktu Mustajab

Dalam kitab “Adab al-Islam” dijelaskan bahwa salah satu adab berdo’a yaitu memilih waktu-waktu yang utama sebab waktu-waktu yang utama ini lebih terkabul dari pada waktu lainnya. Adapun penjelasannya ialah sebagai berikut:

1.      Waktu sujud berlandaskan hadis

أقرب ما يكون لعبد من ربه وهو ساجد فأكثروا من الدعاء فيه

“Adapun waktu paling dekat antara Allah dan hamba-Nya ialah ketika hamba-Nya dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah berdo’a pada waktu itu”

2.      Waktu adzan dan Iqamah serta waktu antara keduanya

3.      Waktu sahur berlandaskan hadis 

إن في الليل ساعة لا يوافقها عبد مسلم يسأل الله شيئا إلا أعطاه

“Sesungguhnya di waktu malam terdapat waktu yang mana pada waktu tidahlah seorang muslim meminta permohonan kepada Allah kecuali Allah akan memberinya”

 

4.      Waktu ketika khatib duduk di antara dua duduk hingga, waktu imam salam pada waktu shalat jum’at berlandaskan hadis

إن في الجمعة ساعة لا يوافقها عبد مسلم يسأل الله عز وجل فيها خيراً إلا أعطاه إياه

Sesunguhnya di waktu shalat jum’at terdapat waktu yang mana seorang muslim tidak meminta permohonan kepada Allah tentang suatu kebaikan kecuali akan diberi oleh Allah kepadanya”

5.      Waktu ketika turun hujan, ketika berjihad, ketika sepertiga malam dan ketika dalam keadaan sakit sebagaiman pernyataan mushannif:

وعند نزول المطر ، وعند التقاء الجسم في الجهاد ، وفي الثلث الأخير من الليل وفي وقت المرض

“Ketika turun hujan, ketika bertemunya tubuh di medan jihad, ketika sepertiga malam dan ketika sakit” (Adab al-Islam, hlm. 203)

Jadi, untuk memahami hadis di atas maka, jika kita mengikuti pendapat pertama, kita tidak boleh memikirkan atau berangan-angan seperti apa Allah swt turun bahkan tidak boleh membahasnya.

Kemudian, jika mengikuti pendapat yang kedua, maka maksud dari kata turun “Yanzilu” (Arab) maka, ada dua ta’wilan. Pertama, dita’wil dengan Allah menurunkan rahmat, perintah dan para malaikat-Nya. Kedua, Allah mengabulkan do’a-do’anya orang yang memohon kepada Allah dengan lembut.

Wallahu A'lamu.

Post a Comment for "Menelisik Makna Hadis “Allah Turun ke Langit Dunia” dan Waktu-Waktu Mustajab"