Tafsir Surah As-Syura Ayat 15
![]() |
| Tafsir Surah As-Syura Ayat 15 |
فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (15)
“Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu (Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan mereka dan katakanlah ‘Aku beriman kepada kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagi kamu perbuatan kamu. Tidak perlu ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kita kembali’”
Menurut Ibnu Katsir ayat ini memiliki sepuluh poin tersendiri, terpisah dari lainnya serta mengandung hukum sendiri. Sebagaimana juga dijelaskan oleh para ulama’ bahwa ayat ini tidak ada yang membandinginya kecuali ayat kursi karena ayat kursi sendiri juga mengandung sepuluh poin tersebut. Sebagaimana pernyataan beliau di bawah ini:
اشْتَمَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ الْكَرِيمَةُ عَلَى عَشْرِ كَلِمَاتٍ مُسْتَقِلَّاتٍ كل منها منفصلة عن التي قبلها حُكْمٌ بِرَأْسِهِ، قَالُوا: وَلَا نَظِيرَ لَهَا سِوَى آيَةِ الْكُرْسِيِّ، فَإِنَّهَا أَيْضًا عَشَرَةُ فُصُولٍ كَهَذِهِ
Melalui ayat tersebut Allah swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyeru manusia pada agama yang telah Allah wahyukan sebagaimana Allah wahyukan kepada Nabi-Nabi sebelumnya, memliki syari’at yang besar lagi diikuti. Sebagaimana juga Nabi yang memiliki gelar ulul azmi. Setalah itu, Allah perintahkan Nabi Muhammad serta orang-orang yang mengikutinya agar tetap kontinu untuk beriman kepada-Nya dan larangan untuk mengikuti jejak mereka (kaum musyrik) yang menentang, berdusta serta membuat-buat ajaran sendiri dengan menyembah berhala.
Nabi juga diperintah agar mengatakan kepada mereka bahwa beliau beriman, membenarkan serta meyakini segala kitab yang Allah turunkan ke bumi terhadap para Nabi serta tidak mendeferensiasi antara kitab satu dengan kitab lainnya. Selain itu, walaupun mereka (kaum-kaum musyrik) menentang ajaran Nabi, beliau tetap diperintah oleh Allah agar tetap berlaku adil kepada kaum musyrik dalam segi hukum.
Sementara maksud dari potongan ayat “Allah Rabbuna wa Rabbukum” yaitu Allah adalah dzat yang wajib disembah, tidak ada tuhan selain-Nya. Kaum muslim juga menetapkan hal tersebut dengan suka rela sementara mereka, baik mengakui kebesaran Allah atau tidak dengan suka rela (terpaksa) maka, Ia (Allah) tetap sebagai Tuhan yang wajib disembah. Segala yang ada di alam bersujud kepada-Nya baik secara ta’at atau suka rela. Tidak ada diantara kaum musyrik dan kaum muslim permusuhan. Dalam artian perbuatan mereka (kaum musyrik) adalah bagi-Nya sendiri (yang mengatur) demikian pula perbuatan kaum muslim. Sebagaimana firman Allah di atas “lanaa a'maluna wa lakum a'malukum”. Dalam surat lainnya juga disebutkan:
وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ
“Dan jika mereka tetap mendustakanmu (Muhammad) maka, katakanlah, ‘Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab atas apa yang kamu kerjakan” (Q.S Yunus [10]: 41).
Pada potongan ayat selanjutnya ditegaskan lagi “Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu” (Q.S al-Syura: 15). Dalam menafsiri potongan ayat ini, Ibnu Katsir mengutip pendapatnya Imam Mujahid bahwa maksud dari ayat tersebut yaitu “la khusuumata” yaitu tidak ada permusuhan atau pertikaian.
قَالَ مُجَاهِدٌ: أَيْ لَا خُصُومَةَ.
Lebih lanjut Ibnu Katsir juga mengutip pendapatnya al-Saddi bahwa ayat ini turun sebelum diturunkannya ayat yang mengandung perintah untuk berjihad atau perang. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa ayat ini tergolong ayat Makiyyah (ayat yang diturunkan di kota Makkah) sebelum Nabi hijrah. Sedangkan ayat yang mengandung perintah jihad, ialah turun setelah Nabi hijrah. Kemudian, pada hari kiamat kita akan dikumpulkan, Allah akan membuka kebenaran atau perkara yang hak dan hanya kepada-Nyalah tempat kembali pada hari kebangkitan.
Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa tidak ada paksaan dalam ajaran Islam untuk memeluknya bahkan melalui ayat-ayat tadi walaupun kaum musyrik telah menentang pada ajaran Nabi namun, Nabi tetap diperintah oleh Allah untuk berjuang menyeru mereka agar masuk Islam tanpa dengan melakukan kekerasan yang nantinya bermuara pada permusuhan.
Sumber: Tafsir Ibnu Katsir

Post a Comment for "Tafsir Surah As-Syura Ayat 15"