Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keutamaan Memuliakan Tamu

 

Terkadang seseorang yang kedatangan tamu ke rumahnya, ia merasakan ewuh. Hal ini hampir semua orang merasakannya dan banyak alasan untuk segan menemui tamu yang datang, ada yang karena malas, khawatir tamu yang datang tidak merasa nyaman di rumahnya atau bahkan karena dianggap tidak penting. Seorang tamu yang datang, juga memiliki banyak alasan, ada yang karena ingin menghibur diri sambil ngobrol, karena ingin mengundang, bahkan ada juga yang karena ingin membantu.

Padahal, menyambut tamu dengan riang-gembira dapat mendatangkan banyak keutamaan. Hal tersebut sudah banyak dijelaskan teks-teks dalam Islam baik Al-Qur’an, hadis atau pendapat para ulama’.

Dalam “Irsyad al-Ibad” karya Zainuddin al-Malibari yang isinya tentang akhlak dan bagaimana cara kita manjalani hidup sehari-hari dengan penlelasan yang tidak hanya mengutip sunnah-sunnah Nabi, tetapi juga mengutip pendapat-pendapat para ulama’, terdapat beberapa teks yang berkenaan dengan tamu. Salah satunya adalah riwayat yang dilontarkan oleh Al-Dailami dari sahabat Anas r.a bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

إذا دخل الضيف على القوم دخل برزقه، وإذا خرج، خرج بمغفرة ذنوبهم

“Ketika tamu masuk ke dalam suatu kaum maka, ia masuk dengan rizkinya sendiri. Ketika tamu itu keluar, maka ia keluar disertai dengan pengampuan untuk kaum tersebut”

Maksud dari datang dengan rizkinya sendiri adalah Allah swt melimpahkan keberkahan kaum tersebut melalui tamu yang datang, sementara yang dimaksud dengan “keluar disertai dengan pengampunan untuk kaum” yakni Allah swt akan menghapus dosa kaum tersebut karena telah memuliakan tamu yang datang. Jika dilihat dari segi kualitas, memang hadis ini dhaif, namun dapat dijadikan motivasi untuk lebih menghormati dan memuliakan tamu.

Riwayat lain dari Abu syaikh, dari Abu Qursofah menyatakan:

اذا ارد الله تعالى لقوم خيرا اهدى اليهم هدية الضيف ينزل برزقه ويرتحل برزقه وقد غفر الله لاهل المنزل

“Ketika Allah menghendaki kebaikan terhadap suatu kaum, maka Ia akan memberikan hadiah yakni seorang tamu yang dapat menurunkan rezeki untuk pemilik rumah dan yang dapat mencabut reezekinya. Sungguh Allah swt mengampuni orang yang memiliki tempat tersebut.”

Banyak cara untuk menghormati, tidak harus selalu mewah atau membelikan jamuan yang mahal-mahal jika memang tidak mampu, sebab dlam Islam kita diperintah untuk menghormati semampu kita. Ibnu Abu Dunnya mencantumkan dalam kitabnya “Al-Ikhwan”:

إنّ أسْرَعَ صَدَقَةٍ إلى السَّماءِ أنْ يَصْنَعَ الرَّجُلُ طَعاماً طَيِّباً ثُمَّ يَدْعُوا علَيهِ أناساً مِنْ إخْوَانِهِ

“Sesungguhnya paling cepatnya shodaqah yang dapat sampai pada langit ialah membuat makanan yang baik untuk seseorang kemudian mengajak manusia dari saudara-sauadaranya untuk bergabung”

Demikian Islam menjelaskan etika ketika menerima/menyambut seorang tamu. Logikanya, tamu yang datang adalah ciptaan Allah swt, maka dengan menghormatinya adalah secara tidak langsung kita juga memuliakan dan mengagungkan Allah swt dan sekali lagi untuk menjamu seorang tamu, tidak harus mewah atau mahal, cukup dengan yang baik-baik saja. Artinya, bukan makanan yang berbahaya ketika dikonsumsi.

Refernsi:  Zainuddin al-Malibari, Irsyad al-Ibad ila Sabil al-Rasyad, (Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiah, t.th), 82.

Post a Comment for "Keutamaan Memuliakan Tamu"