AMTSAL AL-QUR’AN: PENGERTIAN, KARAKTERISTIK DAN MACAM-MACAMNYA

Selain gaya bahasa dan sastra yang bernilai tinggi , Al-Qur’an juga menawarkan ungkapan dengan menggunakan perumpamaan-perumpammaan (amtsal) yang sangat indah dan logis, perumpamaan - perumpamaan tersebut mengandung ajaran agar dapat diterima masyarakat pada masa itu. Karena terlalu indah, kadang –kadang para ulamak tidak mampu untuk membahasakan keindahan perumpamaan-perumpamaan yang ada di dalam al Qur’an.
Sehingga, untuk memahami semua itu, ulama’ tafsir menganggap perlu adanya ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam Al-Qur’an agar manusia mampu mengambil pelajaran dengan perumpamaan-perumpamaan tersebut. Sehingga dalam artikel ini akan dibahas mengenai teori Amtsal Al-Qur’an yang telah dicanangkan oleh para ulama’.
Pengertian Amtsal Al-Qur’an
Kata “amtsal” adalah jama’ dari matsal. Matsal, mitsl dan matsil, sama dengan syabah, syibh, syabih (semakna). Matsal dimaknai dengan keadaan, kisah dan sifat yang menarik perhatian, menakjubkan, seperti firman Allah swt:
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا تِلْكَ عُقْبَى الَّذِينَ اتَّقَوْا وَعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ
“Yakni kisah surga dan sifatnya yang menakjubkan yang dijanjikan kepada orang-orang yang taqwa...” (Ar-Ra’d: 35).
Di dalam ilmu adab (sastra), matsal, diartikan dengan: “Suatu perkataan yang dihikayatkan dan sudah berkembang yang dimaksudkan dari menyerupakan keadaan orang yang dihikayatkan padanya dengan keadaan orang yang matsal itu dibicarakan.” (Tengku Muhammad Hasbi, 2002:177)
Seperti:
ربّ رمية من غير رام
“yakni: berapa banyak bidikan yang tepat yang terjadi dari seorang pelempar (lemparan yang tepat) yang biasanya tidak tepat lemparannya.”
Orang yang mula-mula menyebut matsal ini ialah Al-Hakam ibn Yaghus yang membuat suatu perumpamaan bagi orang yang biasanya tidak tepat lemparannya, yang sesekali tepat lemparannya. Menurut ini haruslah ada lebih dahulu sesuatu yang dengan dialah diserupakan yang lain. Tetapi Amtsalul Qur’an tidak memerlukan yang demikian.
Adapun matsal atau amtsal dalam al-Qur'an sebagaimana pendapat Abd. Ar-Rahman Hasan al-Maidani adalah pcnyebutan satu contoh atau lebih untuk menggambarkan sesuatu yang bermacam-macam, baik berupa perbuatan atau ketetapan Allah dengan memperhatikan adanya unsur persamaan yang ada.
Ibn al-Qayyim mengatakan bahwa matsal dalam al-Qur'an adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu dalam hukumnya, dan mendekatkan sesuatu yang abstrak dalam bentuk kongkrit, atau sesuatu yang kongkrit dengan sesuatu yang kongkrit.
Karakteristik Amtsal Al-Qur’an
Adapun alat penyerupaan yang terkandung dalam Al-Qur’an, sebagaimana diterangkan oleh Moh. Chaziq Charisma dalam bukunya tiga aspek kemukjizatan Al-Qur’an, adalah menggunakan hal-hal berikut:
1. Menggunakan kaf (ك), seperti dalam surat al-Qariah ayat 4-5
يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ (4) وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ (5)
“Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran (4), Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan”.
2. Menggunakan كانّ, seperti dalam surat al-Qamar ayat 7-8.
خُشَّعًا أَبْصَارُهُمْ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌ مُنْتَشِرٌ (7) مُهْطِعِينَ إِلَى الدَّاعِ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ (8)
“Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan, (7), Mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. orang-orang kafir berkata: "Ini adalah hari yang berat.(8)"
3. Menggunakan kalimat fi’il yang menggunakan makna tasybih. Seperti dalam surat al-Insan ayat 19.
وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُورًا
“Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.”
4. Dengan membuang alat tasybih dan wajah syibehnya. Seperti dalam surat an-Naba’ ayat 10.
وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا (10)
“Dan kami jadikan malam sebagai pakaian”
Macam-Macam Amtsal Al-Qur’an
Amtsal dalam Al-Qur’an ada 3 macam: (Tengku Muhammad Hasbi, 2002:1779)
1. Al-amtsal al-musharrahah, yaitu yang ditegaskan di dalamnya lafal matsal atau yang menunjuk kepada tasybih (penyerupaan). Seperti yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
2. Al-amtsal al-kaaminah, yaitu perumpamaan yang tidak tidak ditegaskan lafal tamsil. Tetapi dia menunjuk kepada beberapa makna yang indah yang mempunyai tekanan apabila ia dipindahkan kepada yang menyerupainya. Para ulama telah membuat contoh tentang amtsal ini dengan beberapa perumpamaan, sebagaimana berikut:
a. Diantaranya ayat yang senada dengan perkataan: خَيْرُ الْأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا [“Sebaik-baiknya urusan (perkara) adalah yang seimbang (tengah-tengah)”]. Ialah firman Allah:
…إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ…الأية
Artinya: “…bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu…” (Al-Baqarah: 68).
b. Dan yang senada dengan perkataan: ليس الخبر كالمعاينة (“Berita itu tidak sama dengan kenyataan.”). ialah firman Allah swt:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“...Dan apakah engkau belum beriman (percaya)? Ibrahim bertanya: Saya percaya, akan etapi agar bertambah tetap hati saya...” (Al-Baqarah:260).
c. Dan yang senada dengan perkataan: كما تدين تدان (“Sebagaimana engkau lakukan terhadap orang lain, begitulah dilakukan terhadap engkau.”). ialah firman Allah:
لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلَا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
“...Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalasnya dengan kejahatannya itu...” (An-Nisa’:123).
d. Dan yang senada dengan perkataan: لا يلدغ المؤمن فى حجر مرّتين (“Tiadalah seorang mukmin masuk kedalam lobang binatang buas sampai dua kali.”). Ialah firman Allah swt:
قَالَ هَلْ آمَنُكُمْ عَلَيْهِ إِلَّا كَمَا أَمِنْتُكُمْ عَلَى أَخِيهِ مِنْ قَبْلُ فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Ya’kub berkata:Tidaklah aku mempercayakanya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepadamu dahulu...”(Yusuf:64).
3. Al-amtsal al-mursalah, yaitu kalimat-kalimat yang disebut secara terlepas tanpa ditegaskan lafal tasybih. Tetapi dapat dipergunakan untuk tasybih. Contohnya seperti dalam surat Yusuf ayat 51:
…قَالَتِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ الْآنَ حَصْحَصَ الْحَقُّ…الأية
Artinya: “…Berkata isteri Al-Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu…” Begitu juga pada surat al-Baqarah ayat 216:
…وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ…الأية
Artinya: “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu…”
Penggunaan Amtsal dalam Al-Qur’an
Ketika Al-Qur’an menjelaskan keesaan Tuhan dan orang-orang yang mengesakan Tuhan, tentang kemusyrikan dan orang-orang yang musyrik, tentang sikap dan kenyataan-kenyataan yang akan dihadapi dan dialami orang-orang bertauhid dan yang musyrik, serta mengenai perbuatan-perbuatan mulia pada umumnya. Hal-hal abstrak tersebut diungkapkan melalui perumpamaan yang bersifat konkret (hissi). Tentang pengetahuan dan wahyu misalnya, diumpamakan Al-Qur’an diturunkan Allah seperti air hujan dari lain, sedangkan hati dan jiwa manusia yang menerima wahyu tersebut diumpamakan bumi dan lembah-lembah. Sementara fungsi wahyu bagi hati manusia diumpamakan hujan dalam menyuburkan tanah. (Abd. Rahman Dahlan, 1998: 156)
Contoh perumpamaan Al-Qur’an lain ialah untuk kalimat tayyibah (kalimat yang baik: tauhid) sebagai pohon pohon yang baik.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan ‘kalimat yang baik’ seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu menghasilkan buah terus menerus dengan seizin Allah.....” (Ibrahim: 24-25).
Sebaliknya, lemahnya keyakinan syirik diumpamakan Al-Qur’an dengan laba-laba yang sedang membuat sarang. “Perumpamaan orang yang mengambil pelindung –pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah; dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui. (Al-Ankabut: 41).
Disamping itu, dalam surat Al-Hajj ayat 31, Allah mengumpamakan orang-orang musyrik dengan orang yang jatuh dari langit, lalu mereka disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.
Contoh matsal lain Al-Quran, misalnya adalah mengumpamaan amal perbuatan manusia dengan kebun-kebun. Adapun amal orang-orang yang beriman diumpakan sebagai kebun-kebun subur yang lebat buahnya. Pemilik kebun itu terus menerus mendapatkan hasil, dan hatinya damai serta tidak cemas terhadap terhentinya hasil kebun. Sebab ia yakin bahwa kebun itu akan dipelihara dan dijaga Tuhan. Sedangkan bagi penyekutu Tuhan, amalan mereka diumpamakan sebagai debu yang ditiup topan pada hari berangin kencang. Sedikitpun mereka tak dapat memanfaatkan amal itu. (Lihat QS Ibrahim ayat 18)
Amal orang-orang kafir diumpamakan pula seperti fatamorgana. “Dan orang-orang yang kafir, amal mereka ibarat fatamorgana di tanah yang datar. Orang yang kehausan menyangka di sana ada air, tetapi ketika ia mendatanginya, ia tidak menemukan apapun di situ. (An-Nur: 39).
Sedangkan mengenai orang-orang munafik, Al-Qur’an membuat perumpamaan seperti keadaan orang yang berada dalam kegelapan, atau seperti orang yang di timpa hujan lebat. (Lihat QS Al-Baqarah ayat 17 dan ayat 19)
Referensi
Dahlan, Drs. Abd. Rahman, Kaidah-Kaidah Penafsiran Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998.
Ash Shiddiqy, Teungku Muhammad Hasbi, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Ilmu-ilmu Pokok Dalam Menafsirkan Al-Qur’an, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002.
Post a Comment for " AMTSAL AL-QUR’AN: PENGERTIAN, KARAKTERISTIK DAN MACAM-MACAMNYA "