Tafsir Surah Al-Ikhlas Ayat 1-4
Ayat
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Terjemahan:
Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa (1) Allah tempat meminta segala sesuatu (2) Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (3) Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia (4)
Tafsir
Melalui ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk berkata kepada kaum musyrikin yang suka menjelek-jelekkan dengan ungakapan “Sesungguhnya Tuhanku adalah dzat yang aku sembah dan Ia memerintah kalian semua untuk beribadah kepada-Nya, Dia Maha Esa, tidak ada yang menyamainya baik dari segi dzat, sifat maupun af’al-Nya. Tidak juga seperti kaum Nasrani yang mempunyai konsep trinitas yakni memiliki tiga tuhan. Juga berbeda dengan kaum musyrikin yang memiliki banyak tuhan.”
Disifatinya Allah dengan Maha Esa, memiliki tiga makna; pertama, Allah itu tunggal, tiada duanya. Hal ini menafikan bahwa Tuhan itu banyak. Kedua, tidak ada yang menyamai dan menyerupai-Nya. Ketika, Allah swt Maha Esa dan tidak dapat dibagi-bagi.
Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan keesaan Allah diantaranya adalah dalam surah An-Nahl ayat 17, surah Anbiya’ ayat 22, dan surah Al-Mu’minun ayat 91.
اللَّهُ الصَّمَدُ (2)
Allah Maha Mulia dan Maha Agung, Ia adalah dzat yang dituju untuk mengambulkan semua hajat hamba-Nya. Manusia butuh kepada Allah dan sebaliknya Allah tidak butuh kepada siapapun. Imam al-Alusi berkata, “Allah dzat yang dituju, Maha Merajai dan tidak ada siapapun yang melebihi-Nya dan para semua manusia memohon pertolongan atas semua hajat-hajatnya”.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3
Allah swt tidak memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan. Sebab Allah swt adalah dzat Yang Maha Sempurna. Dia (Allah) suci dari segala kekurangan. Para ulama’ tafsir berkata, “Ayat ini merupakan ayat untuk menentang orang-orang yang mengatakan bahwa Allah memiliki keturunan”.
Allah swt juga tidak diperanakkan baik dari seorang ayah atau ibu karena setiap sesuatu yang diperanakkan adalah sesuatu yang baru (Haaditsun). Sementara Dia (Allah) bersifat Azali yakni tidak memiliki awal atau akhir dan juga tidak terikat dengan tempat dan waktu.
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Yakni tidak ada yang menyerupai, menyamai dan yang sepadan dengan-Nya baik dari segi sifat, af’al dan juga dzat-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam ayat yang lain:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat” (Q.S Al-Syura)
Referensi: Syaikh Ali Al-Shabuni, Shofwah al-Tafasir (Beirut: Maktabah al-Ashriyah, t.th), 1566.
Post a Comment for "Tafsir Surah Al-Ikhlas Ayat 1-4"