Agama dan Moral serta Korelasi Antara Keduanya
Secara garis besar, kehidupan di dunia identik dengan kumpulan hukum-hukum agama yang mengatur segala unsur kehidupan alam semesta. Hal tersebut merupakan bukti adanya keterikatan satu sama lain di antara setiap individu dengan individu lainnya.
Sebagai bagian dari unsur alam, di samping harus membangun relasi dengan unsur-unsur luar dirinya, manusia juga harus melakukan interaksi dengan sesamanya. Sehingga, pada saat itulah setiap tingkah-laku manusia akan diidentifikasikan dengan suatu nilai tertentu yakni, baik dan buruk atau benar dan salah. Hal ini dikenal dengan moral, etika, atau akhlak. Oleh sebab itu, untuk bergaul dengan seseorang maka, diperlukan moral atau etika yang baik apabila menginginkan respon yang baik pula. Oleh sebab itu, dalam tulisan sederhana ini akan dibahas mengenai korelasi antara agama dan moral.
Pengertian Agama
Agama secara etimologi diambil dari bahasa sansekerta yakni terdiri dari “A” yang memiliki arti tidak dan “Gama” yang berarti kocar-kacir atau kacau. Sehingga, dari susunan dua kata tersebut, agama berarti tidak kacau (teratur). Berbeda dengan Gazalba menurutnya, agama berasal dari kata dasar gam yang artinya sama dengan kata go (bahasa inggris) yakni pergi yang selanjutnya setelah mendapatkan a baik di awal dan di akhir, maka menjadi “agama” yang berarti jalan. Sehingga, agama ialah jalan hidup. (Eri Hendro Kusuma, 2015: 98)
Dari beberapa pandangan tersebut agama secara terminologi ialah suatu keyakinan yang dimiliki oleh setiap individu mengenai perintah dan larangan Tuhan (Allah swt) baik yang berhubungan dengan hal yang ghaib, individu dengan individu lainnya dan individu dengan lingkungannya untuk mencari sebuah tatanan kehidupan yang baik. Jika mereka melanggar perintah dan larangan Allah maka, mereka berhak mendapatkan balasan yang setimpal tidak saja di dunia namun, juga di akhirat.
Agama adalah peraturan Allah swt untuk mengatur kehidupan manusia, ia tidak dibuat oleh manusia dan bukan juga sesuatu yang dibuat-buat oleh manusia. Seorang filsuf mengatakan bahwa suatu peradaban tidak akan mengalami kemajuan dan akan gugur dengan sekejap tanpa agama karena agama lebih memiliki kekuatan besar untuk menggerakkan suatu peradaban dari pada kekuatan manusia. (Abdul Aziz bin Nasir al-Jalil, 2004: 23)
Dalam kehidupan, tegaknya akidah merupakan aturan dan tolok-ukur manusia dalam menjalani kehidupannya. Jika manusia telah lari dari agama maka, hal tersebut dapat mendatangkan kerusakan. (Ali bin Nayf al-Syuhud, t.th: 10)
Definisi Moral
Moral secara etimologi ialah berasal dari bahasa latin “mores” yang memiliki arti adat-istiadat, kebiasaan dan cara hidup. Adapun kata lain yang menyerupainya ialah kata “akhlak” yang asalnya “khalaqa, yakhluqu, khulu>qan” yang berarti tabi’at dan adat-istiadat.
Sedangkan moral secara terminologi adalah ajaran tentang baik buruknya suatu perbuatan atau tingkah laku, akhlak, kewajiban, dan lain sebagainya. Dalam moral, semua perbuatan atau tingkah laku seseorang akan dinilai baik-buruknya serta jika suatu perbuatan tersebut tidak baik maka, harus dihindari. Moral memiliki keterkaitan dengan kemampuan seseorang, tentu hal tersebut ialah agar manusia dapat membedakan antara perbuatan baik dan perbuatan jelek atau benar dan salahnya. Moral mendasari dan mengendalikan emosi seseorang dalam bersikap. Zuldafrian.
Hubungan antara Agama dan Moralitas
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa agama sendiri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki oleh setiap individu mengenai perintah dan larangan Tuhan (Allah swt) baik yang berhubungan dengan hal yang ghaib, individu dengan individu lainnya dan individu dengan lingkungannya untuk mencapai sebuah tatanan kehidupan yang baik. Lebih jelasnya menurut Abdul Aziz bin Jalil agama merupakan peraturan Allah untuk mengatur para hambanya.
Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruknya suatu perbuatan atau tingkah laku, akhlak, dan kewajiban. Maka, adanya agama dan moral memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Jika dikaji lebih dalam, moralitas dapat dikatakan sebagai suatu kompleks dan bersifat abstrak. Selain keberadaannya dipengaruhi oleh banyak faktor kejadian dalam kehidupan manusia, ia juga bersumber dari suara hati nurani manusia. Suara hati tersebut dapat diketahui dengan manifestasi-manifestasinya, baik manifestasi tersebut berupa ucapan-ucapan atau perilaku yang diutarakan. Teori lain menyebutkan bahwa moralitas memuat tiga unsur yakni, perilaku, kognisi, dan afeksi. Sedangkan dalam Islam, apabila diperhatikan ajarannya maka, ia sudah menunjukkan ajaran yang tegas dan autentik tentang pembahasan tersebut.
Hal ini dapat kita pahami melalui konsep iman, Islam, dan ihsan yang pada akhirnya, ketiga aspek tersebut melahirkan tiga macam orientasi dalam Islam. Pertama, aspek iman yang melahirkan ilmu kalam. Kedua, aspek Islam yang telah menformulasikan hukum-hukum Islam secara terorganisir sehingga, melahirkan usul fikih. Ketiga, aspek ihsan yang membentuk persepsi keagamaan bersifar intuitif yakni lebih mendahulukan pentingnya penghayatan melalui pengalaman-pengalaman nyata oleh rohani. Aspek-aspek tersebut dapat membentuk pandangan moral dan bahkan melahirkan wawasan keilmuan mengenai ilmu tasawuf. (Sahmiar Pulungan, 2011: 10)
Orang yang menganut suatu ajaran agama maka, sudah pasti ia akan bermoral dan ta’at pada hukum. Hal ini juga dapat kita ketahui melalui ajaran-ajaran agama, terutama dalam agama Islam tentang akhlak baik dalam Al-Qur’an atau Hadis. Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung nilai moral ialah sebagai berikut:
1. Q.S al-Isra’ ayat 24
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai tuhanku kasihanilah keduanya sebagaimana mereka telah mendidikku sejak kecil”. (Q.S. al-Isra’: 24).
2. Q.S al-Ashr ayat 2
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” (Q.S al-Ashr: 2)
3. Q.S al-Ahzab ayat 70
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70)
“Wahai orang-orang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar” (Q.S al-Ahzab: 70)
Ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dipaparkan di atas mengandung nilai-nilai moral yaitu akhlak pada orang tua, saling menasihati tentang kebenaran serta saling menasihati tentang kebaikan dan perintah kejujuran.
Dapat disimpulkan bahwa agama adalah peraturan untuk mengatur kehidupan manusia. Sementara moral ialah ajaran tentang baik buruknya suatu perbuatan atau tingkah laku, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam Islam moral disebut dengan akhlak.
Agama dan moral memiliki hubungan yang sangat erat. Orang yang menganut suatu ajaran agama maka, sudah pasti ia akan bermoral dan ta’at pada hukum. Hal ini juga dapat kita ketahui melalui ajaran-ajaran agama, terutama dalam agama Islam tentang adab dan akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an atau Hadis.
Post a Comment for "Agama dan Moral serta Korelasi Antara Keduanya"